kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Satgas pangan dalami periode rawan inflasi pangan


Senin, 22 Januari 2018 / 19:30 WIB
Satgas pangan dalami periode rawan inflasi pangan
ILUSTRASI. Pedagang bawang merah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah pada tahun ini ingin mengendalikan inflasi pada target 3,5% plus minus 1%. Namun demikian, masih ada tantangan yang harus dihadapi, yaitu tekanan terhadap harga pangan dan administered prices dengan tren naiknya harga minyak dunia.

Kepala Satgas Pangan Polri Setyo Wasisto mengatakan, untuk membantu agar inflasi terjaga, pihaknya fokus mengantisipasi kenaikan harga pangan akibat gangguan distribusi yang dapat memicu inflasi.

Ia menyatakan, pengawasan terhadap distribusi sangat penting untuk memastikan stok pangan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Produksi sebanyak apa pun kalau distribusinya tidak benar akan menimbulkan gejolak harga. Padahal harga itu sangat mempengaruhi inflasi. Begitu harga naik orang tidak mampu beli itu inflasi akan naik. Jumlah orang miskin bukannya turun, malah naik juga," kata Setyo di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (22/1).

Setyo melanjutkan, periode yang rawan inflasi pangan di antaranya adalah di awal tahun. Ia mengatakan, harga komoditas hortikultura yang perlu diwaspadai adalah cabai, sayur-sayuran, dan bawang merah. Meski itu bukan tugas dari Satgas Pangan, timnya tetap memantau.

“Yang kami pastikan adalah distribusinya harus lancar. Jadi, kami potong jangan sampe banyak para pemburu-pemburu rente yang hanya telepon dan menerima duit, sementara para petaninya yang bermandikan peluh, malah keuntungannya sedikit,” jelasnya.

Adapun ia menilai, produksi beras awal tahun ini akan banyak karena banyak air. Namun, nanti di bulan April ke atas, walaupun produksi banyak, kualitasnya akan cenderung menurun

“Dinamika ini harus dipahami berapa kebutuhan masyarakat. Kebutuhan Secara umum 2,5 juta ton per bulan. Nah, kami harus pantau berapa sih cadangan yang ideal. Jangan lupa juga ada  Pilkada, Lebaran, dan akan butuh banyak sekali beras,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×