Reporter: Abdul Basith | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemenuhan pangan yang mayoritas berasal dari impor bergantung pada kesepakatan perdagangan.
Hal itu mengingat kondisi pandemi virus corona (Covid-19) yang terjadi di seluruh negara. Oleh karena itu pemenuhan pangan bergantung pada terbukanya perdagangan negara asal.
"Pangan yang porsi impornya tinggi akan berdampak terhadap harga di Indonesia karena gangguan perdagangan," ujar Pengamat Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas saat dihubungi kontan.co.id, Minggu (19/4).
Baca Juga: Ini delapan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia akibat wabah virus corona
Beberapa pangan yang bergantung besar pada impor antara lain adalah bawang putih dan gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi. Komoditas bawang putih mayoritas impor berasal dari China lebuh dari 85%.
Sementara impor gula mentah untuk GKP masih sebesar 50%. Oleh karena itu membutuhkan kepastian kesepakatan perdagangan negara eksportir.
Meski begitu, Dwi memastikan kondisi pangan global dalam stok yang cukup untuk tahun 2020. Oleh karena itu terdapat optimisme bahwa masalah kesepakatan perdagangan akan rampung.
Baca Juga: Pemerintah tambah 11 sektor yang mendapat insentif pajak, simak daftar lengkapnya
"Saya kira seluruh negara akan sepakat supaya logistik komoditas pangan tidak terganggu," terang Dwi.
Dwi menegaskan keamanan pangan global melihat perkiraan produksi pangan jenis biji-bijian atau serealia tidak jauh berbeda dengan produksi tahun lalu yang mencapai rekor. Selain itu stock to use ratio pangan global juga masih aman di tingkat 30,9%.