Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi rupiah menguat hingga November 2019. Menurut Bank Indonesia (BI), dari awal tahun 2019 hingga November 2019, rupiah berhasil menguat hingga 2,9% (ytd).
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, penguatan rupiah ini didukung oleh pasokan valuta asing (valas) dari eksportir dan aliran modal asing yang masih relatif deras untuk masuk ke Indonesia.
Baca Juga: BI targetkan pertumbuhan kredit 10%-12% pada 2020
"Ini sejalan dengan prospek ekonomi Indonesia yang masih terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang besar, dan juga ketidakpastian global yang mereda," kata Perry pada Kamis (19/12) di Jakarta.
Untuk ke depan, Perry melihat bahwa nilai tukar rupiah akan tetap bergerak stabil sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar yang terjaga. Hal ini juga didukung oleh prospek neraca pembayaran yang tetap baik dan berlanjutnya aliran modal asing yang masuk, serta masih kuatnya prospek ekonomi domestik.
BI akan terus melakukan akselerasi pendalaman pasar keuangan baik di rupiah maupun pasar valas untuk tahun depan.
Baca Juga: Menimbang dampak pemakzulan Trump terhadap pergerakan rupiah
Menanggapi hal itu, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih melihat bahwa tahun 2020 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih stabil. Hal ini juga masih didorong oleh langkah-langkah yang akan dilakukan oleh BI.
Menurut Lana, pergerakan rupiah tahun depan masih akan stabil. Bilapun rupiah menguat, akan berada di kisaran Rp 13.000 - Rp 13.500 dan kalau melemah, pelemahan rupiah maksimal akan berada di posisi Rp 14.300.
Untuk menghadapi tahun 2020, Lana melihat bahwa kebijakan intervensi BI di pasar valas dan rupiah sudah cukup untuk menghadapi volatilitas rupiah. Intervensi yang dilakukan bisa dengan masuk ke pasar obligasi ketika asing keluar.
"Selain itu, BI juga memiliki kerjasama bilateral Local Currency Agreement dengan bank-bank sentral lain sehingga itu bisa menjadi pertahanan terakhir untuk membuat rupiah stabil," kata Lana kepada Kontan.co.id, Selasa (19/12).
Baca Juga: Targetkan tumbuh dobel digit, BFI butuh pendanaan hingga Rp 10 triliun di 2020
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memandang bahwa tahun depan tekanan terhadap rupiah tidak akan terlalu besar, kecuali bila terjadi kejadian luar biasa yang kemudian mengembalikan pertumbuhan ekonomi global.
Dengan kondisi ekonomi global yang masih melambat, Piter melihat bahwa bank-bank sentral termasuk bank sentral AS The Fed cenderung masih akan dovish sehingga masih akan melonggarkan kebijakan moneter.
Baca Juga: Realisasi belanja negara baru 83% dari pagu APBN hingga November 2019
Melihat hal itu, Piter yakin bahwa kondisi rupiah masih akan stabil dan cenderung menguat di 2020 karena masih adanya aliran modal asing yang deras sehingga inipun sejalan dengan masih terbukanya ruang bagi BI untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News