Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Untuk menghadapi tahun 2020, Lana melihat bahwa kebijakan intervensi BI di pasar valas dan rupiah sudah cukup untuk menghadapi volatilitas rupiah. Intervensi yang dilakukan bisa dengan masuk ke pasar obligasi ketika asing keluar.
"Selain itu, BI juga memiliki kerjasama bilateral Local Currency Agreement dengan bank-bank sentral lain sehingga itu bisa menjadi pertahanan terakhir untuk membuat rupiah stabil," kata Lana kepada Kontan.co.id, Selasa (19/12).
Baca Juga: Targetkan tumbuh dobel digit, BFI butuh pendanaan hingga Rp 10 triliun di 2020
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memandang bahwa tahun depan tekanan terhadap rupiah tidak akan terlalu besar, kecuali bila terjadi kejadian luar biasa yang kemudian mengembalikan pertumbuhan ekonomi global.
Dengan kondisi ekonomi global yang masih melambat, Piter melihat bahwa bank-bank sentral termasuk bank sentral AS The Fed cenderung masih akan dovish sehingga masih akan melonggarkan kebijakan moneter.
Baca Juga: Realisasi belanja negara baru 83% dari pagu APBN hingga November 2019
Melihat hal itu, Piter yakin bahwa kondisi rupiah masih akan stabil dan cenderung menguat di 2020 karena masih adanya aliran modal asing yang deras sehingga inipun sejalan dengan masih terbukanya ruang bagi BI untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News