Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan potensi terjadinya perang mata uang (currency war) saat ini menjadi salah satu penyebab nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS.
"Rupiah jadi susah untuk menguat karena yang lain melemah," katanya saat ditemui seusai rapat paripurna DPR RI, Kamis (20/8).
Menkeu mengatakan potensi perang mata uang itu ada, setelah adanya aksi devaluasi Yuan Tiongkok serta Dong Vietnam, dan tekanan eksternal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kinerja rupiah.
"Yang terjadi pada hari-hari ini bukan karena isu fundamental. Tapi isu bener-bener global. Karena keseimbangan terganggu gara-gara China devaluasi Yuan," tegasnya.
Ia mengakui kondisi rupiah telah "undervalued", tetapi situasinya masih terjaga karena pemerintah serta Bank Indonesia terus berupaya agar kurs tidak terlalu berfluktuasi terhadap dollar AS.
"Kita lihat kondisi fundamentalnya, tapi sekarang memang sangat 'undervalued, dan itu harus diupayakan untuk diperkuat," katanya.
Namun, menurut dia, dengan situasi tekanan global yang makin besar, nilai tukar rupiah justru tidak boleh terlalu kuat, karena akan kontradiktif dengan kondisi yang ada.
"Kalau rupiah terlalu diperkuat, dan menguat terhadap seluruh mata uang, nanti daya saing malah terganggu," jelas Menkeu.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih bergerak pada kisaran Rp13.800, setelah sebelumnya berada pada angka Rp13.400-Rp13.500, ketika Tiongkok belum melakukan devaluasi Yuan hingga empat persen.
Kurs rupiah masih mendapatkan kesempatan untuk bergerak menguat dalam beberapa hari terakhir, karena dollar AS mengalami sedikit depresiasi akibat pelaku pasar mengantisipasi kemungkinan The Fed menyesuaikan suku bunga pada September.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News