Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa faktor utama di balik merosotnya nilai tukar rupiah adalah faktor eksternal.
Beberapa faktor eksternal tersebut antara lain kebijakan ekonomi di Amerika Serikat yang menimbulkan dampak ke seluruh dunia. Kebijakan normalisasi moneter dan kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve, serta perang dagang dengan China, juga telah berimbas negatif pada banyak negara, termasuk emerging economies.
Beberapa negara yang memiliki fondasi ekonomi yang rentan ditambah dengan kebijakan ekonomi mereka yang djanggap tidak konsisten dengan fundamental ekonominya juga telah mengalami krisis seperti Venezuela, Argentina, serta Turki.
“Mohon maaf bila dikatakan alasannya faktor eksternal, faktanya memang begitu. Oleh karena itu, APBN 2019 kami desain untuk mengantisipasi gejolak itu,” kata Sri Mulyani pada sidang paripurna di Gedung DPR RI, Selasa (4/8).
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah, BI, dan OJK bakal terus menjaga sistem keuangan dan fungsi intermediasi agar tetap stabil dan tahan terhadap guncangan global. Bahkan, pemerintah dan BI akan menyiapkan dan memanfaatkan kerjasama regional dan global untuk memperkuat instrumen second line of defense.
Adapun, ia mengatakan, pemerintah akan terus melakukan penguatan struktur perekonomian Indonesia dengan memperkuat sektor industri manufaktur yang mampu menghasilkan devisa, dan mengurangi impor terutama impor barang konsumtif, juga mendukung pariwisata, sehingga neraca perdagangan dan transaksi berjalan menjadi kuat.
Perbaikan iklim investasi juga digenjot agar dapat menarik arus modal dari luar juga terus diperbaiki untuk memperkuat neraca modal sehingga neraca pembayaran akan semakin kokoh untuk menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Selain itu, basis investor dalam negeri dan melakukan pendalaman pasar keuangan juga dilakukan sehingga stabilitas nilai surat berharga pemerintah dapat dijaga.
Dalam kesempatan tersebut, beberapa anggota dewan mempertanyakan soal nilai tukar rupiah yang merosot belakangan ini. “RAPBN 2019 itu saja, nilai tukar sudah lewat asumsinya dimana sekarang Rp 14.900 per dollar AS (di RAPBN 14.400). Kami ingin Menkeu jelaskan secara jujur bagaimana kondisi fundamental ekonomi kita,” kata politisi Demokrat Michael Wattimena.
Ia berharap, kondisi yang terjadi saat ini tidak akan mengulang kejadian di tahun 1998. “Kami tidak mau berada dalam suasana kelam 1998. Waktu itu kami bisa lihat semua pembantu presiden bilang fundamental kuat tetapi kita akhirnya kita alami resesi," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News