Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kian bertenaga di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Sejak awal perdagangan hari ini, Selasa (6/11), mata uang Garuda mantap bergerak di kisaran Rp 14.800 per dollar AS di pasar spot.
Pada penutupan perdagangan, rupiah menguat 1,16% ke level Rp 14.804. Dihitung sepekan, nilai tukar rupiah bahkan terapresiasi 2,76%.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan, angin segar bagi rupiah datang dari kabar pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jin Ping untuk membahas kembali solusi perang dagang antara keduanya.
"Semua berharap positif terhadap pertemuan tersebut, sehingga dampaknya juga positif kepada emerging currency. Rupiah pun mengalami penguatan," ujarnya saat ditemui, Selasa (6/11).
Meredanya tekanan eksternal ini pun didukung oleh sentimen positif yang datang dari dalam negeri, yakni rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2018.
Meski mengalami perlambatan menjadi 5,17% yoy dibanding 5,27% di kuartal sebelumnya, Dody mengatakan, pertumbuhan ekonomi masih terbilang tinggi dan menunjukkan pergerakan roda ekonomi yang positif.
"Karena dorongan dari permintaan domestik, investasi dan konsumsi juga masih besar. Jadi artinya, ekonomi kita masih tumbuh, data kredit financing juga sudah mulai terlihat meningkat," katanya.
Adapun, ramuan kebijakan pemerintah dan BI terutama dalam rangka mengelola defisit transaksi berjalan, turut memberi dampak. Namun, Dody bilang, sejatinya hasil kebijakan-kebijakan itu belum terlihat begitu maksimal di kuartal ketiga dan akan lebih nyata pada kuartal keempat nanti.
"Impor tetap ada dan penting terutama untuk capex dan kebijakan investasi seperti infrastruktur. Tidak langsung turun begitu saja. Tapi, angka pertumbuhan impor riil sendiri di kuartal III 2018 lebih rendah di bandingkan kuartal II 2018. Jadi itu sudah dukungan buat rupiah," terang Dody.
Dody mengatakan, BI masih terus menjaga pergerakan rupiah pada level fundamentalnya. Menurutnya, BI terus mencermati faktor dan perkembangan yang terjadi dan mengambil kebijakan berdasarkan data yang ada (data dependent).
Seperti yang diketahui, Desember nanti Bank Sentral AS hampir dipastikan kembali mengerek suku bunga acuannya. Namun, Dody tak menyiratkan apakah BI akan mengambil langkah serupa untuk mengantisipasi jatuhnya nilai tukar di akhir tahun nanti.
"Kami belum bisa bilang suku bunga akan naik atau turun atau tetap, tapi tergantung pada assessment ke depan. Sebentar lagi akan ada Rapat Dewan Gubernur, kelihatan nanti di hasil rapat," tandas Dody.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News