kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah ke Level Terburuk Sejak Oktober 2020, Ekonom: Ini Hanya Sementara


Senin, 20 Juni 2022 / 16:38 WIB
Rupiah ke Level Terburuk Sejak Oktober 2020, Ekonom: Ini Hanya Sementara
ILUSTRASI. Pelemahan rupiah karena tekanan eksternal


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih terus melanjutkan pelemahannya. Senin (20/6), rupiah spot ditutup melemah ke level Rp 14.836 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini jadi posisi terburuk rupiah sejak awal Oktober 2020.

Sejalan, rupiah di kurs tengah Bank Indonesia pun berada di Rp 14.836 per dolar AS, atau melemah 0,05% dibandingkan Jumat (17/6).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah terjadi beberapa pekan terakhir bersifat sementara. Menurut dia, koreksi rupiah ini imbas dari berbagai peristiwa yang menimbulkan ketidakpastian global.

“Ini karena masih ada sentimen Federal Reserve (The Fed) dan bank sentral negara lain yang serentak menaikkan suku bunga yang kemudian mendorong tren kenaikan imbal hasil surat utang secara global,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (20/8).

Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 14.836 Per Dolar AS Pada Hari Ini (20/6)

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga kebijakannya pada pertemuan pekan lalu. Bank sentral AS itu menaikkan suku bunga 75 bps, kenaikan tertinggi dalam dua dekade. Hal tersebut kemudian mendorong pelemahan nilai tukar di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

Nah, selain pengetatan kebijakan moneter tersebut, tekanan dari perang antara Rusia dan Ukraina yang masih membawa ketidakpastian bagi global. Belum lagi, ada kekhawatiran resesi di Negeri Paman Sam.

Kombinasi tekana eksternal itu masih akan membawa ketidakpastian bagi pergerakan nilai tukar rupiah. Setidaknya, ini dalam jangka pendek.

Apalagi The Fed masih memiliki potensi mengerek suku bunga kebijakan sebesar 50 bps hingga 75 bps lagi pada pertemuan Juli 2022.

Namun, Josua berharap ketidakpastian ini akan semakin menurun, dengan asumsi peningkatan suku bunga kebijakan The Fed berhasil menurunkan tingkat inflasi di AS. Jika itu terjadi, bank sentral tidak perlu agresif dalam meningkatkan suku bunga kebijakan.

Baca Juga: Tergelincir, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.836 Per Dolar AS Pada Senin (20/6)

Plus, dia yakin para pelaku pasar sudah mengantisipasi hal-hal tersebut sehingga ketidakpastian bisa ditekan. Angin segar juga bisa berhembus, bila ketegangan antara Rusia dan Ukraina mulai mereda.

Josua pun memperkirakan, nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2022 berpotensi menguat. Hitungannya, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.500 per dolar AS hingga Rp 14.600 per dolar AS.

Pasalnya, meski ada badai di kondisi global, sebenarnya kondisi dalam negeri dan fundamental ekonomi masih cukup stabil untuk menopang pergerakan rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×