Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Direktur Perencanaan Makro Kementerian Pembangunan Nasional Bambang Prijambodo memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar akan stabil pada posisi Rp 9.000 per dollar Amerika Serikat sepanjang tahun ini. Dia mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah tidak akan melebihi mata uang negara lain.
Bambang beralasan, penguatan nilai tukar rupiah yang terlalu besar akan membahayakan dunia usaha. "Selama penguatan rupiah kita tidak jauh lebih kuat dari penguatan mata uang negara lain maka daya saing tidak berpengaruh terutama manufaktur," katanya, Kamis (3/3).
Untuk itu, ia menyarankan Bank Indonesia memberikan perhatian terhadap pergerakan nilai tukar rupiah agar tidak melampaui batas aman. Dia mengatakan, batas aman sebesar Rp 9.000 per dollar Amerika Serikat tidak akan berpengaruh luas biasa. "Intinya pengaruh nilai tukar terhadap inflasi relatif netral atau tidak ada," katanya.
Menurutnya, kondisi rupiah pada Rp 9.000 dollar AS itu tidak akan memberikan pengaruh yang luar biasa kepada APBN khususnya sisi pengeluaran kecuali untuk pembayaran utang.
Ke depannya, dia mengingatkan otoritas fiskal dan moneter tetap mewaspadai pembalikan arus modal asing. Sebab, dia menilai beberapa negara maju sudah mulai memberikan perhatian pada stabilitas moneter. "Sekarang memang masih rendah suku bunganya tapi kalau suku bunganya sudah kembali normal maka itu akan sedikit menarik modal-modal yang sifatnya jangka pendek tapi bertahap tidak mendadak," tandasnya.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah menguat ke level Rp 8.809 per dollar Amerika Serikat. Sehari sebelumnya, rupiah berada di level Rp 8.824 per dollar Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News