Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kondisi nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan. Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memprediksi, nilai tukar rupiah bisa melemah ke level tertinggi seperti tahun 1998 yakni mencapai Rp 16.800 hingga Rp 17.000 per dolar AS.
Ia menyebut, rupiah bisa mencapai level tersebut jika konflik Iran dan Israel semakin memanas. “Rupiah bisa bertahan melemah terhadap dolar AS. Bisa ke level tertinggi 1998, Rp 16.800-Rp 17.000 per dolar AS,” tutur Ariston kepada Kontan, Selasa (16/4).
Ia menyebut Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi pergerakan rupiah yang terlalu melemah ini. Namun Ariston belum bisa memprediksi berapa biaya yang akan dikeluarkan BI untuk intervensi tersebut.
Baca Juga: BI Lakukan Intervensi Setelah Rupiah Turun ke Level Terendah dalam 4 Tahun
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyampaikan BI pernah melakukan intervensi besar-besaran pada 2022 lalu. Hal ini menyebabkan cadangan devisa pada akhir 2022 hanya mencapai US$ 137,2 atau anjlok US$ 7 miliar dari akhir tahun 2021.
“Waktu pandemi 2022 intervensi cukup besar dilakukan untuk stabilisasi Rupiah,” kata David.
Meski begitu, Ia menyebut pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih sesuai fundamental. Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah tahun ini akan ada di level Rp 15.900 hingga Rp 16.100 per dolar AS, atau kemungkinan bisa menguat tipis.
Proyeksi ini sejalan dengan indeks dolar, serta pergerakan harga minyak yang tidak banyak mengalami perubahan. Meski begitu, menurutnya, pergerakan rupiah tahun ini masih sulit ditebak, mengingat dinamika dan gejolak global yang penuh ketidakpastian.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 1,91% ke Rp 16.176 Per Dolar AS Pada Selasa (16/4)
Sebagai informasi, rupiah spot ditutup pada level Rp 16.175 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Selasa (16/4), melemah 2,07% dari penutupan perdagangan sebelumnya.
Imbas melemahnya nilai tukar rupiah yang hampir mendekati Rp 16.200 per dolar AS, hari ini Selasa (16/4) Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Turut hadir pejabat lainnya yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Baca Juga: BI Pastikan Upaya Intervensi untuk Jaga Rupiah di Tengah Penguatan Dolar AS
Dalam rapat tersebut, Jokowi bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju salah satunya membahas nilai tukar rupiah yang anjlok.
Usai melakukan rapat tertutup, Perry menyebut BI melakukan intervensi melalui pasar spot dan dan non-deliverable forward domestik. BI juga terus berkoordinasi dengan pemerintah menjaga stabilitas moneter dan fiskal.
"Kami pastikan kami berada di pasar untuk melakukan langkah langkah stabilisasi," ujar Perry ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News