Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi perang dagang yang masih tinggi menyulut risiko perekonomian bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), China, Jepang, dan Korea. Pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut diproyeksi melambat seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi global.
Berdasarkan peta risiko global yang dirilis lembaga riset ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Selasa (17/6), risiko yang dihadapi kawasan semakin tinggi, terutama bersumber dari ketegangan perang dagang global akibat penerapan tarif oleh Amerika Serikat (AS) dan China.
“Kemungkinan goncangan volatilitas yang disebabkan oleh perubahan ekspektasi secara tiba-tiba di pasar keuangan berpotensi menjadi ancaman bagi kawasan,” ujar Kepala Ekonom AMRO Khor Hoe Ee.
Lantas, AMRO memangkas proyeksi pertumbuhan ASEAN+3 dari sebelumnya 5,1% menjadi 4,9% pada tahun 2019. Laju pertumbuhan tersebut diperkirakan akan tetap stagnan di tahun 2020.
AMRO meyakini, mulai efektifnya penerapan tarif dagang AS ke China dan sebaliknya akan memberi dampak yang merembet (spill-over) kepada negara-negara kawasan. Risiko proteksionisme perdagangan terutama ditransmisikan melalui jalur ekspor dan rantai pasok global, yang diperkuat oleh efek perlambatan ekonomi global.
“Negara-negara kawasan yang memiliki eksposur langsung ke China dalam nilai besar, maupun yang tidak langsung melalui jalur rantai pasok, akan terkena dampak signifikan dalam jangka pendek,” lanjut Khor.
Negara tersebut antara lain Hong Kong, Korea, Malaysia, dan Singapura.
Untuk mengantisipasi risiko jangka pendek dan mempertahankan pertumbuhan, otoritas di kawasan menurut AMRO perlu mengkalibrasi bauran kebijakannya sesuai dengan siklus bisnis dan kredit, serta posisi eksternal dan kerentanan keuangan di masing-masing negara.
Analisis AMRO, sebagian besar negara ASEAN+3 masih memiliki cadangan devisa dan buffer fiskal yang memadai untuk mengantisipasi risiko dan mengelola ketidakpastian.
Kebijakan fiskal diharapkan cenderung akomodatif dengan tetap menjaga ketahanan fiskal. Bagi negara yang memerlukan, pelonggaran kebijakan moneter bisa menjadi salah satu bentuk kalibrasi tersebut.
Selanjutnya, kebijakan makroprudensial yang ketat dinilai AMRO perlu dipertahankan untuk mengantisipasi meningkatnya kerentanan finansial.
Dari sudut pandang yang lebih optimistis, AMRO melihat fundamental ekonomi kawasan ASEAN+3 dalam jangka panjang tetap solid.
“Hal ini didukung kuatnya konsumsi dan perdagangan intra-kawasan yang meningkat di tengah tumbuhnya masyarakat kelas menengah, percepatan urbanisasi, dan penerapan teknologi digital,” ujar Khor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News