kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko krisis paling rendah, Indonesia masih punya banyak masalah


Rabu, 12 September 2018 / 16:51 WIB
Risiko krisis paling rendah, Indonesia masih punya banyak masalah
ILUSTRASI. Nomura


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia termasuk negara dengan risiko paling rendah terpapar krisis berdasarkan analisis yang dilakukan Nomura Holdings Inc. Tingkat kerentanan Indonesia memang cukup baik, tetapi dinilai harus tetap waspada.

Dalam analisis Nomura, Indonesia memperoleh skor nol terkait risiko krisis moneter selain Brazil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, dan Thailand.

Hal itu dinilai dari cukup tingginya cadangan devisa (cadev) Indonesia yang sebesar US$ 117,9 miliar dan rendahnya rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), bisa menahan pelemahan nilai tukar lebih lanjut.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah melakukan serangkaian upaya untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Ekonom sekaligus Asian Development Bank Institute Eric Sugandi sependapat dengan analisis tersebut. Namun menurutnya, "Bukan berarti tidak ada masalah yang harus diperbaiki di fundamental ekonomi Indonesia," kata Eric kepada Kontan.co.id, Rabu (12/9).

Persoalan yang dimaksud, pertama, neraca transaksi berjalan yang masih defisit. Kedua, porsi kepemilikan asing yang signifikan di Surat Berharga Negara (SBN) dan saham sehingga rupiah rentan terhadap outflows.

Ketiga, likuiditas dollar Amerika Serikat (AS) yang terbatas di perekonomian Indonesia dan terkonsentrasi di bank-bank besar.

Ia melanjutkan, cadev masih cukup banyak untuk bisa digunakan BI sebagai bantalan dari tekanan eksternal sambil menunggu pemerintah perkecil CAD.

Jika kurang, Indonesia bisa menggunakan second line of defense yang sebesar line US$ 22,76 miliar dari Chiang Mai Initiative Multilateralization.

Oleh karena itu, "Walau belum krisis, sikap berjaga-jaga dari BI dan pemerintah tetap perlu. Saya pikir pemerintah dan BI juga telah dan sedang mengambil langkah-langkah antisipatif," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×