kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Remitansi dari buruh migran bisa jauh lebih tinggi


Selasa, 28 November 2017 / 15:45 WIB
Remitansi dari buruh migran bisa jauh lebih tinggi


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melalui laporan terbarunya bertajuk Pekerja Global Indonesia, Bank Dunia sebut pada 2016 buruh migran asal Indonesia menghasilkan remitansi sebesar US$ 8,9 miliar atau sebesar Rp 118 triliun, setara 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Vivi Alatas, Lead Economist for Poverty Bank Dunia sebut, meski terhitung besar, remitensi yang dihasilkan rata-rata hanya berasal dari 18% total pendapatan buruh migran.

"Sebab dari total remitansi Rp 118 triliun itu, rata-rata hanya 18% dari total pendapatan buruh migran. Di Malaysia misalnya cuma 11%, artinya ada 89% yang dihabiskan, kalau dia bisa hemat artinya remitansinya pun akan lebih besar," kata Vivi dalam acara Indonesian Global Workers: Juggling Opportunities and Risks, Selasa (28/11) di Jakarta.

Dia melanjutkan, buruh migran di Timur Tengah paling besar porsi kontribusi remitansinya, yaitu sebesar 38%. Hal tersebut kata Vivi lantaran buruh migran sektor domestik di Timur Tengah memiliki sedikit kesempatan untuk meninggalkan tempat kerja. Alhasil mereka jarang membelanjakan gajinya.

Hal tersebut berbeda dengan negara yang lebih maju di Asia Timur dimana buruh migrannya hanya menyumbang 17% gajinya untuk dikirim ke Indonesia. Di Malaysia bahkan jauh lebih kecil, hanya 11%.

Terkait hal tersebut, Vivi katakan memang butuh perubahan paradigma dari para buruh migran. Buruh migran harus berperan sebagai kontributor pembangunan ekonomi nasional.

"Bukan sekadar jalan-jalan atau bekerja selama 5 tahun, 10 tahun," sambungnya.

Sementara itu Ekonom Senior Bank Dunia di Indonesia Ririn Salwa Purnamasari katakan, porsi pendapatan untuk tak seluruhnya mencerminkan kondisi riil.

Sebab, dalam melakukan survei tersebut Bank Dunia hanya mencatat kanal pengiriman uang yang tercatat oleh Bank Indonesia.

"Itu yang hanya tercatat di BI, ada juga mungkin yang tidak tercatat oleh formal channel di BI," katanya kepada KONTAN seusai acara.

Dari laporan tersebut tercata ada tiga kanal yang jadi acuan yaitu Wesel Pos digunakan sebesar 9%, Western Union 21%, dan rekening bank 62%. Adapula 7% uang dibawa mandiri atau dititipkan.

Sementara manfaatny, Kata Ririn remitansi digunakan keluarga buruh migran paling banyak untuk kebutuhan sehari-hari. Rinciannya remitansi dari buruh migran lelaki 88% akan digunakan untuk belanja kebutuhan sehari-hari, sementara dari buruh migran perempuan sebesar 77%.

Berikutnya adalah untuk membiayai sekolah, remitansi dari buruh migran lelaki digunakan untuk membiayai sekolah sebesar 37%, dan dari buruh migran perempuan 45%. Kemudian untuk modal usaha, dimana 12% dari remitansi buruh migran lelaki, dan 17% dari buruh migran perempuan.

"Penghitungan kemiskinan di Indonesia sendiri dihitung Bank Dunia dari kebutuhan bahan pokok. Nah dari tersebut menunjukan bahwa buruh migran punya kontribusi terhadap pengentasan kemiskinan," sambung Ririn.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×