Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Kementerian Keuangan menyangkal anggapan bahwa lambatnya realisasi belanja APBN 2025 dilakukan untuk menahan atau menjaga defisit fiskal menjelang akhir tahun, melainkan fokus pada belanja yang berkualitas.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Luky Alfirman menegaskan, pemerintah bersikap dinamis dalam melihat perkembangan fiskal, khususnya pada pekan-pekan terakhir Desember 2025.
“Kita sangat dinamis melihat perkembangan yang terjadi di minggu terakhir. Mungkin dari situ nanti akan kita posisikan seperti apa,” ujar Luky dalam konferensi pers APBN Kita Edisi Desember, belum lama ini.
Baca Juga: Anggaran Perumahan Ditambah Jadi Rp 10 Triliun untuk Program Bedah Rumah pada 2026
Pasalnya, kekhawatiran potensi pelebaran defisit akibat pendapatan negara yang tidak terkonstruksi secara optimal. Namun Luky menegaskan pemerintah terus memantau perkembangan fiskal secara cermat. Termasuk membuka kemungkinan penyesuaian belanja non-kementerian/lembaga (non-K/L) sepanjang 2025, sesuai dengan kondisi yang berkembang.
Luky menekankan, belanja negara terutama belanja pemerintah pusat tetap diarahkan pada belanja yang berkualitas. Menurutnya, kebijakan belanja tidak semata-mata bertujuan menghabiskan anggaran, melainkan memastikan anggaran tersebut dibelanjakan secara efektif, efisien, dan produktif.
Ia menyampaikan, meski waktu pelaksanaan anggaran semakin terbatas menjelang akhir tahun, pemerintah tetap fokus menyelesaikan berbagai program prioritas Presiden dan pemerintah. Namun, prinsip kehati-hatian dalam belanja tetap menjadi perhatian utama.
Baca Juga: Restitusi Pajak hingga November 2025 Capai Rp 351 Triliun, Naik 35,5%
“Kita tetap fokus bagaimana menyelesaikan berbagai program prioritas pemerintah dan Presiden. Tapi kita juga menjaga spirit dari Inpres, di mana belanja-belanja yang tidak perlu dan tidak efisien itu tetap kita jaga,” tegas Luky.
Ke depan, termasuk dalam pelaksanaan APBN 2025, pemerintah akan semakin menekankan pada kualitas belanja negara. Setiap rupiah anggaran diupayakan memberi dampak optimal bagi perekonomian dan masyarakat.
“Bukan hanya sekadar menghabiskan anggaran, tapi kita memastikan anggaran itu dibelanjakan seproduktif mungkin, seefektif mungkin, dan seefisien mungkin,” ujarnya.
Selanjutnya: Summarecon (SMRA) Masih Fokus pada Aset Hunian, Ini Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Dana Transaksi Tidak Sesuai? Ini Cara Mudah Atur Selisih Pencairan Dana Merchant
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













