CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.727   -30,00   -0,18%
  • IDX 8.399   -20,58   -0,24%
  • KOMPAS100 1.161   -3,67   -0,32%
  • LQ45 845   -3,45   -0,41%
  • ISSI 293   -0,78   -0,26%
  • IDX30 440   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 510   -4,10   -0,80%
  • IDX80 130   -0,50   -0,38%
  • IDXV30 135   -0,59   -0,43%
  • IDXQ30 141   -1,36   -0,96%

Belanja Pemerintah Baru Terserap 70,6%, Pemerintah Genjot Akselerasi pada Akhir 2025


Jumat, 21 November 2025 / 11:54 WIB
Belanja Pemerintah Baru Terserap 70,6%, Pemerintah Genjot Akselerasi pada Akhir 2025
ILUSTRASI. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Belanja pemerintah pusat telah terealisasi sebesar Rp 1.879,6 triliun hingga 31 Oktober 2025, atau baru terserap 70,6% dari Lapsem tahun ini.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Belanja pemerintah pusat telah terealisasi sebesar Rp 1.879,6 triliun hingga 31 Oktober 2025, atau baru terserap 70,6% dari outlook Laporan Semester (Lapsem) tahun ini. Artinya, masih ada sekitar Rp 783,8 triliun yang belum terserap pemerintah hingga akhir tahun.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pemerintah akan mendorong percepatan belanja pada dua bulan terakhir (November–Desember). Ia menegaskan bahwa belanja pemerintah pusat memiliki peran penting dalam mendorong ekonomi domestik, seperti yang terlihat pada pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2025 yang mencapai 5,04%, didorong oleh akselerasi belanja negara.

"Pertumbuhan ekonomi Kuartal III itu efek dari pengeluaran pemerintah, sudah 5% lebih. Jadi ini yang kita lakukan, mendorong supaya belanja pemerintah pusat benar-benar bisa memiliki dampak kepada pertumbuhan ekonomi," ujar Suahasil dalam konferensi pers APBN Kita Edisi November di Jakarta, Kamis (21/11).

Dalam laporannya, realisasi belanja Kementerian/Lembaga (K/L) telah mencapai Rp 961,2 triliun, atau terserap 75,4% dari outlook Lapsem 2025. Sementara itu, belanja non-K/L terealisasi Rp 918,4 triliun, atau baru terserap 66,2% dari outlook tahun ini.

Baca Juga: BPKH Bidik Investasi Proyek King Salman Gate Makkah

Jika dibandingkan secara tahunan (year on year/yoy), penyerapan belanja pemerintah pusat tersebut lebih lambat dibandingkan Oktober 2024 yang mencapai 74,3% dari pagu.

Suahasil menjelaskan, perlambatan belanja pemerintah pusat—terutama pada K/L, dipengaruhi oleh realisasi belanja barang yang sempat mengalami efisiensi anggaran sehingga penyerapannya tertahan.

"Tetapi sekarang sudah 72,3% (penyerapannya) dan ini terjadi percepatan belanja barang dalam beberapa bulan terakhir. Kita akan dorong terus di November dan Desember sehingga bisa memberikan dampak lebih kepada ekonomi," jelas Suahasil.

Dari sisi belanja modal, hingga Oktober 2025 pemerintah pusat baru merealisasikan Rp 206,4 triliun, atau baru terserap 59,9% dari outlook. Penyerapan tersebut bahkan berada di bawah realisasi belanja barang pada periode yang sama tahun lalu.

Suahasil menjabarkan dua faktor utama lambatnya realisasi belanja modal. Pertama, pada 2024 terjadi percepatan penyelesaian proyek infrastruktur oleh Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan sehingga baseline tahun ini lebih tinggi. Kedua, belanja modal umumnya cair pada akhir tahun, yakni November dan Desember.

"Kita akan pantau terus, dan kami akan laporkan di konfrensi pers APBN kita berikutnya, seperti apa percepatan dari belanja modal ini," ujarnya.

Suahasil menambahkan, belanja bantuan sosial tumbuh 11,1% dengan realisasi mencapai Rp 147,2 triliun, atau sudah terserap 98,6% dari outlook. Ia menyebut kucuran Bansos oleh pemerintah pusat telah membantu menopang konsumsi masyarakat. Ia menyebut masih ada beberapa stimulus fiskal yang akan digulirkan pemerintah pada Kuartal IV untuk terus mendorong aktivitas ekonomi.

Adapun belanja non-K/L, khususnya pembayaran pensiun, disebut Suahasil masih berjalan relatif on track setiap bulan.

Baca Juga: Moratorium Cukai 2026 Dinilai Dapat Redam Tekanan pada Industri Tembakau

Selanjutnya: IHSG Melemah ke 8.399,3 di Sesi Pertama Hari Ini, Top Losers LQ45: ISAT, TLKM, BUMI

Menarik Dibaca: Harga Emas Menuju Penurunan Mingguan Hampir 1%, Ini Penyebabnya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×