Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Namun perlambatan ini lebih dipicu oleh realisasi belanja non-K/L yang tumbuh jauh lebih kecil yaitu 2,9% yoy, dibandingkan pertumbuhan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 23%.
“Jadi belanja tumbuhnya turun lebih karena penyaluran subsidi energi yang tumbuh negatif. Belanja K/L masih tumbuh relatif stabil,” ujar Sri Mulyani.
Baca Juga: Restitusi pajak membesar, penerimaan pajak melorot
Realisasi subsidi energi mengalami pertumbuhan negatif 5,3% yaitu hanya Rp 123,6 triliun atau 77,2% dari pagu yang dipatok sebesar Rp 160 triliun.
Sri Mulyani menyebut, realisasi subsidi energi yang lebih rendah sepanjang tahun ini disebabkan oleh harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang di bawah asumsi, serta apresiasi nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Kemenkeu siapkan perubahan skema penyaluran dana desa untuk tahun 2020
Hingga 16 Desember lalu, harga ICP hanya menyentuh US$ 61,9 per barel, jauh di bawah asumsi sebesar US$ 70 per barel. Sementara, kurs rupiah tercatat Rp 14.152 secara year-to-date (ytd), juga jauh lebih rendah dari asumsi dalam APBN 2019 yang sebesar Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News