kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi asumsi makro meleset, Menkeu belum pertimbangkan ada APBN-P


Rabu, 17 Juli 2019 / 13:11 WIB
Realisasi asumsi makro meleset, Menkeu belum pertimbangkan ada APBN-P


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga akhir semester I-2019, realisasi sejumlah asumsi makro dalam APBN tak menyentuh sasaran. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum mempertimbangkan rencana perubahan APBN (APBN-P) 

“Kami lihat dari semester I-2019 dan outlook, masih di dalam range. Jadi, kita juga akan melihat sama seperti kondisi 2018,” ujar Menkeu. 

Pertengahan tahun lalu, realisasi asumsi makro juga meleset. Nilai tukar rupiah lebih lemah dari perkiraan, sementara harga minyak mentah (ICP) melonjak ke atas US$ 60 per barel. Saat itu, Menkeu juga memutuskan tidak melakukan perubahan APBN hingga akhir tahun. 

Sri Mulyani mengaku telah  berdiskusi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk membahas kinerja anggaran keuangan negara ini. Ia menyiratkan, aka nada beberapa perubahan pos anggaran dari hasil realisasi kinerja APBN semester I-2019. 

“Kalau dalam pembahasan dengan BPKP kemarin, ada beberapa pos yang perlu kita koreksi, nanti kita akan lihat mekanismenya,” lanjut dia. 

Kementerian Keuangan, Selasa (16/7) kemarin, melaporkan hasil kinerja APBN semester I-2019. Sri Mulyani mengatakan perekonomian di paruh pertama tahun ini banyak dipengaruhi dinamika global, antara lain eskalasi perang dagang dan perlambatan ekonomi global. 

Pertumbuhan ekonomi sepanjang semester satu diproyeksi 5,1%. Realisasi resminya baru akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal pekan Agustus nanti. 

Sementara, realisasi inflasi semester I-2019 sebesar 2,05% ytd atau 3,3% yoy, lebih rendah dari titik tengah target pemerintah sebesar 3,5%. 

“Inflasi relatif terjaga di kisaran asumsi. Komponen barang yang diatur pemerintah masih tetap stabil dan komponen volatile food juga relatif terkendali,” tutur Menkeu. 

Namun, tingkat bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan naik menjadi 5,8%, lebih tinggi dari asumsi yaitu 5,3%. Sri Mulyani mengatakan hal ini lantaran kenaikan suku bunga acuan The Fed tahun lalu masih terasa hingga kini, serta eskalasi perang dagang yang menimbulkan persepsi risiko terhadap emerging market dan negara berkembang.  

“Bunga SPM akan menurun secara gradual seiring dengan stabilitas ekonomi makro dan potensi penurunan Fed Fund Rate yang kemudian juga akan diikuti BI (Bank Indonesia),” kata dia.

Berbalik dari tahun lalu, kurs rupiah semester-I 2019 justru lebih kuat dari asumsi, yaitu Rp 14.197 per dollar AS. Begitu pun dengan harga minyak ICP yang sebesar US$ 63 per barel, lebih rendah dari asumsi US$ 70 per barel. 

Sampai akhir tahun, Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan harga minyak sampai akhir tahun tetap rendah, yaitu minyak Brent senilai US$  67 per barel dan minyak WTI senilai US$ 59 per barel.

Di samping harga yang rendah, lifting minyak sampai akhir Juni lalu juga masih di bawah asumsi yaitu hanya 755.000 barel per hari (bpd). Begitu pun dengan lifting gas yang baru mencapai 1,05 juta setara minyak bpd. 

Asumsi makro, lifting minyak dan gas sepanjang tahun ini masing-masing sebesar 775.000 bpd dan 1,25 juta setara minyak bpd. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×