Reporter: Asnil Bambani Amri |
PADANG. Sumatra Barat kesulitan mengevakuasi korban yang masih berada di bawah reruntuhan bangunan. Di Hotel Ambacang, Padang, sekitar 200 orang masih terjebak di dalamnya. Sementara di LB LIA, sebanyak 20 orang masih berada di bawah bangunan yang meremuk akibat gempa berkekuatan 7,6 SR pada hari Rabu (30/09) lalu.
"Kemungkinan dari mereka masih ada yang hidup," kata Wakil Gubernur Sumatra Barat Marlis Rahman, Jumat (2/10).
Satuan Koordinasi dan Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana Sumbar tidak bisa menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban. Dikhawatirkan alat berat yang mengeduk reruntuhan bangunan bakal melukai korban yang tertimbun di bawahnya.
Satkorlak mencatat, total jumlah korban meninggal akibat gempa bumi berkekuatan 7,6 SR ini 448 orang; namun belum termasuk kawasan Mentawai, Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang dan Kabupaten Pasaman.
"Diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah," kata Marlis.
Sementara itu U.N. Humanitarian Chief, John Holmes, menghitung, sedikitnya 1,.00 orang meninggal dalam gempa tersebut dan ribuan orang masih terjebak dibawah reruntuhan bangunan.
Puluhan relawan asing sudah mulai berdatangan di Sumbar dan membantu penanganan evakuasi serta membawa sejumlah bantuan logistik untuk masyarakat korban gempa. Mereka mengangkut bantuan logistik serta sejumlah peralatan untuk evakuasi seperti mesin pemotong beton dan anjing pelacak guna menemukan korban gempa di kawasan yang terparah di Sumbar, yaitu Padang dan Kabupaten Padang Pariaman.
Diantaranya, dari lembaga IOM, Hope Indonesia, JICA, AUSAID Australia, UNFPA, HK LOgistic, US Consul General Medan. Juga berasal dari USAID, European Commision, Mahkota Medical Centre Hospital asal Malaysia, IHH Humanitarian AID Turkey, Church Word Service (CWS) dan UNOCHO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News