Reporter: Petrus Dabu | Editor: Edy Can
JAKARTA. Hujan mulai jarang datang, ketinggian waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat pun semakin berkurang. Alhasil, pasokan air untuk keperluan irigasi juga makin mengecil dan mengancam ratusan ribu hektare sawah di daerah pantai utara Jawa.
Eddy A Djajadiredja, Direktur Utama Perusahaan Umum Jasa Tirta II, pengelola Jatiluhur, mengungkapkan idealnya di bulan April ini ketinggian permukaan air waduk Jatiluhur mencapai 101 meter di atas permukaan laut. "Sekarang ketinggiannya hanya 93,88 meter di atas permukaan laut," ujarnya, akhir pekan lalu. Penurunan itu disebabkan curah hujan yang mulai minim di Jatiluhur selama beberapa bulan terakhir ini.
Eddy menuturkan, penurunan ketinggian air tersebut membuat Jasa Tirta II terpaksa mengurangi pasokan air ke daerah irigasi, dari yang seharusnya 145.000 meter kubik per detik, saat ini menjadi hanya 110.000 meter kubik per detik.
Padahal, waduk seluas 8.300 hektare ini melayani kebutuhan air secara langsung bagi 240.000 hektare sawah di Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Indramayu. Selain itu, Jatiluhur juga memasok kebutuhan air secara tidak langsung ke persawahan di selatan Jatiluhur yang seluas 56.000 hektare.
Beruntung persawahan di daerah selatan Jatiluhur tersebut masih bisa mendapat pasokan air dari sungai-sungai kecil di wilayah itu. "Jadi petani belum terlalu resah dengan penurunan pasokan air ini," ungkap Eddy.
Penurunan debit air Jatiluhur jelas akan berdampak terhadap produksi padi. Namun sejauh ini, efek tersebut belum terlihat signifikan. Toh, potensi ini harus diwaspadai, karena meski belum masuk musim kemarau, tapi debit air Jatiluhur sudah berkurang.
Gatot Irianto, Direktur Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian Kementerian Pertanian mengaku sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Pertanian Bekasi, Subang, Indramayu, Karawang, dan Purwakarta guna mengantisipasi berkurangnya pasokan air dari Jatiluhur. Antisipasi itu penting, karena waduk Jatiluhur berkontribusi penting dalam produksi padi nasional.
Maklum, daerah irigasi yang dilayani adalah sentra-sentra produksi padi nasional. Terlebih saat ini sentra produksi padi tersebut sebentar lagi akan masuk masa tanam. "Wilayah tersebut menyumbang 6%-8% produksi padi nasional," kata Gatot.
Salah satu antisipasi yang dilakukan pemerintah, adalah menyiapkan benih tahan kering bagi petani di daerah pertanian yang bergantung sumber air dari Jatiluhur. Selain ke irigasi, Jatiluhur juga melayani kebutuhan air baku untuk Jakarta. Pasokan air baku ini mencapai 16.000 meter kubik per detik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News