Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah bersama Komisi XI DPR RI menyepakati asumsi nilai tukar rupiah menjadi Rp 16.000 per dollar AS, dari sebelumnya Rp 16.100 per dollar AS. Sementara itu, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun disepakati menjadi 7,0% dari sebelumnya 7,1% pada RAPBN 2025.
“Ibu (Menkeu Sri Mulyani) dan dari pemerintah ada yang tidak setuju? Jadi setuju semua. Alhamdulillah,” tutur Ketua Komisi XI DPR RI Kahar Muzakir sambal mengetok palu, dalam rapat kerja bersama Kemenkeu, Bank Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas, dan OJK, Rabu (28/8).
Adapun hanya indikator nilai tukar rupiah dan suku bunga SBN 10% yang berubah dari yang diajukan pemerintah. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tetap disepakati sebesar 5,2%, inflasi 2,5% year on year (yoy).
Adapun kesepakatan asumsi nilai tukar rupiah dan suku bunga SBN 10 tahun tersebut dengan catatan dari Fraksi PDI Perjuangan yakni, untuk nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.900 per dollar AS, dan suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,9%.
Baca Juga: Lebih Optimistis dari RAPBN 2025, BI Proyeksi Rupiah di Level Rp 15.300-Rp 15.700
Selanjutnya, untuk indikator sasaran pembangunan juga disepakati sama dengan yang diajukan oleh pemerintah, yakni tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 4,5%-5,0%, tingkat kemiskinan 7,0%-8,0%, tingkat kemiskinan ekstrim 0%, gini rasio 0,379-0,382, dan indeks modal manusia sebesar 0,56.
Fraksi PKB memberikan catatan terkait nilai tukar petani (NTP) sebesar 120-125.
Sebelumnya, Anggota komisi XI DPR RI Andreas Eddy Susetyo mempertanyakan terkait usulan pemerintah yakni asumsi suku bunga SBN 10 tahun direncanakan 7,1% atau meningkat dari outlook tahun 2024 sebesar 6,9%.
“Asumsi 7,1% ini menjadi satu spekulasi tersendiri apakah benar pemerintah menaruh angka ini karena mengantisipasi tentang besarnya issuance bond yang akan sangat meningkat. Karena utang jatuh tempo Rp 800 triliun (2025) berapa yang menjadi role over dan menjadi issuance bond. Kemudian ditambahkan pembiayaan defisit Rp775,9 triliun yang akan dilakukan penerbitan SBN Rp 642 triliun,” kata Andreas.
Disamping itu, Andreas juga khawatir asumsi suku bunga SBN 10 tahun sebesar 7,1% tahun depan akan menyebabkan perebutan antara SBN dan penerbitan obligasi Bank Indonesia yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan juga perbankan.
“Ini perlu dicermati walaupun dari data likuiditas dan crowding out effect perbankan tidak nampak jelas,” jelasnya.
Disamping itu, Andreas juga turun menyoroti terkait asumsi nilai tukar rupiah yang justru ditargetkan melemah menjadi Rp 16.100 per dollar AS tahun depan. Asumsi ini juga nampak jauh dengan yang diasumsikan oleh Bank Indonesia yakni direntang Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dollar AS.
“Ini perlu dijelaskan karena meskipun masih asumsi, akan mempengaruhi ekspektasi pemerintah,” ungkapnya.
Baca Juga: Rupiah Rawan Keok, Selama The Fed Masih Meragu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News