Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Isu SARA dan radikalisme yang melanda Indonesia belakangan, diyakini tak mempengaruhi kondisi ekonomi domestik. Isu tersebut hanya mempengaruhi sektor keuangan.
Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus mengatakan, kejadian teror bom di Jalan Thamrin yang terjadi satu tahun yang lalu serta aksi bela Islam pada November dan Desember tahun lalu menjadi sentimen di tingkat pasar modal dan pasar keuangan. Kejadian-kejadian tersebut lanjut dia, belum mempengaruhi performa perekonomian secara umum.
Sementara itu, pengaruh terbesar perekonomian Indonesia secara umum lebih banyak berasal dari faktor global. "Jadi kalau fenomena perlambatan yang terjadi adalah fenomena global. Kalau (pertumbuhan ekonomi) belum beranjak 5%, kecenderungannya masih melambat," kata Bobby saat diskusi di Graha CIMB Niaga, Senin (23/1).
Lebih lanjut menurutnya, ketidakpastian ekonomi global khususnya sektor keuangan mengalami peningkatan. Hal ini berdampak pada peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah di tahun ini.
Tak hanya itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang berencana lebih proteksionis terhadap perdagangan AS akan menimbulkan gejolak di tingkat perdagangan internasional, khususnya perdagangan AS dengan China, Jepang, Korea Selatan. Mengingat negara-negara tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Lebih lanjut menurutnya, tantangan ekonomi Indonesia secara umum yang berasal dari sisi domestik yaitu daya beli masyarakat yang berpotensi tergerus karena perlambatan ekonomi. "Oleh karena itu, program ekonomi masyarakat makin digiatkan di tahun 2017 ini," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News