kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.234.000   12.000   0,54%
  • USD/IDR 16.649   -57,00   -0,34%
  • IDX 8.061   -62,18   -0,77%
  • KOMPAS100 1.116   -6,99   -0,62%
  • LQ45 794   -8,46   -1,05%
  • ISSI 281   -0,59   -0,21%
  • IDX30 416   -5,26   -1,25%
  • IDXHIDIV20 474   -4,96   -1,04%
  • IDX80 123   -1,09   -0,88%
  • IDXV30 132   -1,66   -1,24%
  • IDXQ30 131   -1,19   -0,90%

Purbaya Sebut Subsidi Penting untuk Jaga Kestabilan Harga dan Daya Beli Masyarakat


Selasa, 30 September 2025 / 17:04 WIB
Purbaya Sebut Subsidi Penting untuk Jaga Kestabilan Harga dan Daya Beli Masyarakat
ILUSTRASI. Petugas melayani pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU 74.931.04 Tapak Kuda, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (23/9/2025). Adapun realisasi subsidi dan kompensasi sampai 31 Agustus 2025 telah mencapai Rp 218 triliun atau 43,7% dari pagu APBN 2025.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa subsidi menjadi instrumen penting untuk menjaga kestabilan harga serta daya beli masyarakat. 

Namun, peningkatan volume ini juga memerlukan perhatian agar penyaluran subsidi lebih terkendali dan tepat sasaran.

Adapun realisasi subsidi dan kompensasi sampai 31 Agustus 2025 telah mencapai Rp 218 triliun atau 43,7% dari pagu APBN 2025. Hal ini disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR di Jakarta pada Selasa (30/09).

“Dari sisi anggaran, pagu subsidi dan kompensasi untuk tahun 2025 sebesar Rp 498,8 triliun dengan realisasi hingga Agustus mencapai Rp 218 triliun atau sekitar 43,7% dari pagu tersebut,” ungkap Purbaya saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (30/9).

Baca Juga: PHK Massal Bikin Daya Beli Masyarakat Turun, Begini Saran Ekonom

Purbaya menjelaskan, realisasi subsidi dan kompensasi dipengaruhi oleh fluktuasi ICP, depresiasi nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume barang bersubsidi.

Meski telah dilakukan penyesuaian harga BBM dan tarif listrik sejak 2022, sebagian besar harga jual belum mencapai tingkat keekonomian.

Pemerintah tetap memberikan subsidi dan kompensasi untuk menanggung selisih antara harga keekonomian dan harga yang dibayar masyarakat, sehingga masyarakat dapat menikmati harga BBM, LPG, listrik, dan pupuk lebih murah melalui subsidi.

Misalnya, untuk Pertalite, masyarakat hanya membayar Rp 10.000 per liter dari harga ekonomian Rp 11.700 per liter, sehingga APBN harus menanggung Rp 1.700 per liter atau 15% melalui kompensasi.

Untuk solar, masyarakat hanya membayar Rp6.800 per liter dari harga keekonomian sebesar Rp 11.950 per liter, sehingga APBN menanggung Rp 5.150 per liter atau sekitar 43%. Untuk LPG 3 kg, subsidi mencapai 70% dari harga keekonomian. 

Baca Juga: Ketum Apindo Akui Daya Beli Masyarakat Melemah di Momentum Lebaran 2025

“Ini adalah bentuk keberpihakan fiskal yang akan terus dievaluasi agar lebih tepat sasaran dan berkeadilan,” tandas Menkeu.

Data juga menunjukkan adanya peningkatan konsumsi berbagai barang bersubsidi hingga Agustus 2025. Konsumsi BBM tumbuh sekitar 3,5%, LPG 3 kg tumbuh 3,6%, pelanggan listrik bersubsidi tumbuh 3,8%, dan pupuk mengalami peningkatan sebesar 12,1% 

Menurut Purbaya ini merupakan peningkatan terbesar yang mengindikasikan belanja subsidi penting untuk menjaga kestabilan harga serta daya beli masyarakat, namun penyaluran subsidi harus lebih terkendali dan tepat sasaran.

Selanjutnya: OJK Terbitkan Izin Usaha Pedagang Aset Digital untuk PT Coinbit Digital Indonesia

Menarik Dibaca: IHSG Berakhir di Zona Merah, Ditutup Turun 0,77% (30/9)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×