Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, perang ini akan meningkatkan harga energi dan harga pangan global yang bisa saja tertransmisikan di kenaikan harga (inflasi) dalam negeri. Ini kemudian akan memengaruhi perbaikan permintaan domestik ke depan.
Meski lembaga-lembaga tersebut menyunat perkiraan pertumbuhan ekonomi RI di tahun ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap yakin pertumbuhan ekonomi tahun 2022 tetap tumbuh di kisaran 4,8% yoy hingga 5,5% yoy.
Optimisme bendahara negara seiring dengan perbaikan yang terjadi di Indonesia.
“Seperti konsumsi rumah tangga yang relatif lebih kuat, investasi yang menguat, ekspor tumbuh tinggi seiring peningkatan harga komoditas, dan kinerja impor bahan-bahan baku yang sangat kuat untuk memenuhi kebutuhan ekspansi,” tutur Sri Mulyani, Rabu (20/4).
Baca Juga: Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia Kuartal I 2022 Tumbuh 4,5%-5,2%
Namun, Sri Mulyani tak jemawa. Dirinya mengaku tetap perlu mewaspadai sejumlah risiko terutama dari tekanan eksternal, yaitu harga komoditas global yang tinggi, ketidakpastian geopolitik, hingga normalisasi kebijakan moneter dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Dalam hal ini, pemerintah akan menjaga pergerakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dan siap mengeluarkan jurus berupa kebijakan untuk tetap menjaga momentum pemulihan ekonomi, baik itu konsumsi, investasi, maupun ekspor impor.
Salah satu strategi kebijakan yang disiapkan oleh Sri Mulyani adalah kebijakan APBN yang antisipatif dan responsif. APBN disiapkan untuk merespons bila ada risiko baru yang muncul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News