Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Pinjaman Online Melonjak
Menanggapi fenomena lonjakan kenaikan pinjaman online (BNPL) fintech oleh masyarakat dinilai mencerminkan tekanan konsumsi yang nyata di kondisi kelas menengah bawah.
"Net bank balance rumah tangga terutama menengah dan bawah sudah negatif. Artinya sudah lebih banyak pinjaman daripada simpanan," ungkap David.
Menurutnya fenomena ini berkaitan dengan stagnasi daya beli serta lesunya pasar kerja di sektor-sektor yang selama ini menyerap banyak tenaga kerja.
Sepakat, Myrdal Gunarto juga melihat fenomena lonjakan pertumbuhan pinjaman online tersebut kiranya sejalan dengan perlambatan kredi di perbankan, mengingat suku bunga bank yang masih tinggi sehinga akan lebih sulit untuk mendapatkan pengajuan kredit di perbankan, ketimbang mengajikan pinjaman online di fintech yang lebih minim persyaratan.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diproyeksi Hanya 4,91% di Kuartal I-2025
Meski begitu Myrdal memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan masih akan tumbuh di kisaran 9%-11% pada tahun 2025. Dengan catatan jika suku bunga acuan global dan BI Rate turun, maka potensi pertumbuhan kredit perbankan juga akan ikut berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi tahun ini.
"Kredit bank turun/melambat karena suku bunga masih tinggi, jadi mereka tahan dulu untuk kredit baru," ungkap Myrdal.
Menurutnya, dengan kondisi BNPL yang tinggi, hal ini mencerminkan tingkat kesulitan dan himpitan kebutuhan masyarakat kelas menengah bawah, sehingga mereka lebih mudah untuk mengajukan pinjaman ke Fintech alih-alih menghadapi sulitya syarat pengajuan kredit ke perbankan.
Selanjutnya: Aspebindo Beberkan Strategi Penuhi Target Pasokan DMO Tahun Ini
Menarik Dibaca: 10 Jus Buah untuk Penderita Asam Lambung yang Aman Dikonsumsi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News