Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serikat Petani Indonesia (SPI) menilai program pompanisasi belum cukup menjaga produksi beras di musim kemarau.
Ketua Pusat Perbenihan, SPI, Kusnan mengatakan pada musim tanam kedua (MT II) diprediksi akan menurunkan produksi beras lantaran masuk musim kemarau.
Untuk itu, menurutnya diperlukan kebijakan yang lebih baik selain pompanisasi seperti menyediakan sumur bor, dan fasilitas listrik agar masuk ke lahan untuk mengairi sawah petani.
"Program pompanisasi saja tidak akan berdampak signifikan karena sumber air yang tersedia dari waduk dan embung juga terbatas," jelas Kusnan pada Kontan.co.id, Selasa (21/5).
Baca Juga: Siap-Siap, Harga Eceran Tertinggi Beras Bakal Naik
Jika tidak demikian, lanjut Kusnan, produksi beras dipastikan akan turun drastis pada musim kemarau ini.
Pasalnya petani akan mengganti produksinya dengan komoditas lain yang tidak memerlukan banyak air seperti jagung ataupun tembakau.
Sebelumnya, Direktur Perum Bulog Bayu Krisnamurthi juga mengakui pada MT II ini produksi beras diprediksi akan turun.
Bahkan berdasarkan data BPS, produksi beras akan kembali defisit sebanyak 0,45 juta ton pada bulan Juni 2024.
Meski demikian, Bayu memastikan hal ini tidak akan membuat harga beras melambung tinggi.
Baca Juga: Pemerintah Perlu Mewaspadai Penurunan Produksi Beras di Semester II-2024
Bulog telah mengantisipasi melalui penyerapan beras di MT I saat panen raya tiba. Bahkan ia melaporkan penyerapan beras dalam negeri sudah mencapai 535 ribu ton mendekati target penyerapan Bulog yaitu 600 ribu ton sampai Mei ini.
Selain itu, Bayu juga memastikan program stabilisasi beras tetap berjalan melalui penyaluran bantuan pangan beras maupun penyaluran Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
"Di sisi lain kita juga ada beras komersial untuk dijual ke pasar dan itu cukup terjangkau harganya," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News