kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Produksi minyak nasional tahun ini tak capai target 970.000 bph


Senin, 21 Maret 2011 / 07:27 WIB
Produksi minyak nasional tahun ini tak capai target 970.000 bph
ILUSTRASI. Awan gelap menyelimuti kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (12/1/2020).


Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Rizki Caturini

Produksi Minyak Nasional Turun 12%

JAKARTA. Asumsi produksi minyak bumi Indonesia tahun ini diperkirakan akan meleset dari target APBN. Produksi minyak dalam negeri terus mengalami kemerosotan yaitu sekitar 12 % per tahun. Meskipun produksi dan hasil migas Indonesia mengalami tren positif, namun untuk produksi minyak bumi mengalami penurunan.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan tercatat pada Desember 2009, produksi minyak mencapai 1.109,4 barel per hari (bph), lalu setahun kemudian pada Desember 2010, minyak yang keluar dari perut bumi hanya 952,9 bph. Sementara itu, untuk Februari 2011 mengalami kenaikan tipis yaitu sebesar 960,0 bph.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan produksi minyak negara tidak akan mencapai target dalam APBN 2011, yaitu sebesar 970.000 bph. “Saya perkirakan produksi minyak berada pada kisaran 950.000-970.000 bph.” tuturnya, akhir pekan lalu.

Penyebab tidak tercapainya lifting minyak ini disebabkan akibat belum berjalannya sumur baru di Cepu dan adanya azas cabotage yang melarang adanya kapal berbendera asing, termasuk alat drill untuk mengambil minyak di laut.

"Tapi sekarang ESDM, DPR sudah memberikan kesempatan untuk direvisi supaya drilling equipment bisa dipakai. Yang namaya alat-alat drilling bisa dimasukkan kategori khusus dan bukan kapal," pungkasnya.

Agus Marto menyimulasikan dengan produksi minyak hanya 950 ribu bph, akan terdapat penambahan anggaran sebesar Rp 3,6 triliun. Setiap lifting turun 5.000 bph maka akan ada dampak pada APBN sebesar Rp 900 miliar. "Jadi kalau kurang 20.000 bph dibanding APBN maka akan ada tambahan defisit Rp 3,6 triliun," paparnya.

Sedangkan setiap kenaikan harga ICP sebesar US$ 1 per barel maka memberikan dampak terhadap APBN sebesar Rp 800 miliar dan setiap rupiah menguat sebesar Rp 100 per dolar akan memberikan dampak kepada APBN sebesar Rp 1,7 triliun.

"Kenaikan harga minyak masih berdampak positif kepada Net Impact Migas, tetapi oleh adanya tambahan belanja Pendidikan menyebabkan kenaikan defisit APBN. Simulasi risiko penurunan lifting minyak dan penguatan nilai tukar rupiah serta kenaikan harga ICP hingga rata-rata US$ 90-100 tidak terlalu berdampak signifikan pada kenaikan defisit APBN 2011," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×