Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO – JAKARTA. Presiden terpilih Prabowo Subianto bakal menerbitkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2025, untuk merevisi asumsi ekonomi makro khususnya harga minyak mentah. Hal ini sejalan dengan tren harga minyak global yang sedang meningkat.
Untuk diketahui, asumsi minyak mentah Indonesia dalam APBN 2024 dan 2025 dipatok sebesar US$ 82 per barel. Sementara itu, harga minyak global seperti brent pada Kamis (3/10) naik 64 sen, atau 0,87% menjadi menjadi US$ 74,54 per barel.
Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky menilai, harga minyak mentah dunia berpotensi meningkat. Ia menghitung batas aman asumsi minyak mentah Indonesia yakni sebesar US$ 85 per barel.
“Namun selisih US$ 85 per barel dengan US$ 82 per barel yang sekarang dipatok masih bisa dikelola, menurut saya belum perlu diubah asumsinya,” tutur Awalil kepada Kontan, Kamis (3/10).
Baca Juga: Antisipasi Kenaikan Harga Minyak, Prabowo Akan Ubah dan Terbitkan APBN-P 2025
Alasannya, kata Awalil, selisih neto pada defisit apabila asumsi minyak mentah Indonesia hanya sebesar US$ 85 per barel belum besar atau dikisaran Rp 18 triliun. Padahal, asumsi sebesar US$ 85 per barel diperkirakan cukup konservatif dalam atau dalam batas tinggi.
Meski begitu, ia memperkirakan harga minyak mentah dunia tidak akan melonjak lebih tinggi ataupun lebih rendah, kecuali konflik di Timur Tengah berkembang dan lebih memanas.
Alhasil, apabila tidak terjadi konflik geopolitik yang memanas, maka harga minyak mentah Indonesia tidak akan jauh dari asumsi APBN 2024 yang sebesar US$ 82 per barel, pun dengan asumsi dalam APBN 2025.
“Menurut perkiraan saya, tidak akan jauh dari asumsi U$ 82 per barel. bisa sedikit di atas atau di bawahnya,” kata Awalil.
Sebelumnya, Wakil Komandan Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda (TKN Fanta) Prabowo-Gibran, Anggawira mengatakan, pemerintahan Prabowo kemungkinan akan menyesuaikan asumsi harga minyak dalam APBN 2025 dengan proyeksi yang lebih realistis berdasarkan kondisi pasar.
"Hal ini penting untuk menjaga akurasi perhitungan belanja negara, terutama terkait subsidi energi," ujar Anggawira kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10).
Baca Juga: Turun US$ 5,96, Kementerian ESDM Tetapkan ICP September 2024 US$ 72,54 Per Barel
Tidak hanya itu, Prabowo juga akan melakukan diversifikasi energi. Ia menyebut, guna mengurangi ketergantungan pada impor minyak, program diversifikasi energi ke energi terbarukan atau gas kemungkinan akan dipercepat.
"Ini bisa mengurangi tekanan terhadap APBN yang sering kali terdampak oleh kenaikan harga minyak dunia," katanya.
Selanjutnya: BP Tapera Akui Kondisi Pekerja Saat Ini Cukup Berat Bila Harus Ditambah Iuran
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (4/10) Hujan Lebat, Waspada Bencana di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News