Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Anna Suci Perwitasari
Setali tiga uang, pengendalian pandemi membuat beban rumah sakit menjadi lebih ringan, penanganan kesehatan dapat dilakukan secara baik dengan tetap bersamaan mengakselerasi vaksinasi. Maka pemulihan ekonomi dapat kembali berjalan secara berkesinambungan.
“Ini salah satu kuncinya bahwa pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi berjalan secara sekuensial,” ujar Amir.
Dari aspek ekonomi, aktivitas ekonomi di bulan Juli memang terjadi penurunan. Amir mencatat berbagai indikator melemah seperti terlihat dalam google mobility yang sudah sempat kembali ke level pra pandemi pada bulan Juni, pada bulan Juli ketika PPKM diberlakukan maka mobilitas kembali menurun walaupun angka penurunannya tidak sedalam periode PSBB pada kuartal II-2020.
Indikator konsumsi seperti indeks penjualan ritel dan indeks keyakinan konsumen bulan Juli juga kembali menurun. Berbagai indikator ini mengindikasikan aktivitas ekonomi melemah selama bulan Juli. Tentu ini akan berimplikasi kepada potensi pertumbuhan ekonomi di Q3-2021, terutama dari aktivitas konsumsi.
Sementara itu dari sisi produksi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur bulan Juli juga menurun kembali ke level kontraksi yakni 40,1.
Di sisi lain, pemerintah tetap memberikan dukungan fiskal melalui anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021. Per 23 Agustus 201 realisasinya telah mencapai Rp 326,16 triliun, setara dengan 43,8% dari total pagu Rp 744,7 triliun.
Baca Juga: Sri Mulyani sebut pemerintah masih menanggung uang pokok dan beban bunga BLBI
Dana ini disalurkan untuk penanganan kesehatan, perlindungan sosial, dukungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), insentif pajak korporasi, dan dukungan sektoral untuk Kementerian/Lembaga (K/L) serta pemerintah daerah (Pemda).
“Pemerintah terus memantau perkembangan yang ada dan mengoptimalkan berbagai instrumen kebijakan yang ada termasuk PEN untuk terus menstimulasi dan mendorong percepatan pemulihan ekonomi,” kata Amir.
Dengan melihat tren penanganan kesehatan dan perekonomian dalam negeri, Amir menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 mencapai 4%-5% yoy, lebih rendah dari prediksi Kemenkeu sebelumnya yakni 4%-5,7% yoy. Hingga akhir 2021, Amir optimistis masih sesuai dengan target di rentang 3,7%-4,5% secara tahunan.
Di sisi lain, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai PPKM level 3-4 berdampak pada terbatasnya pemulihan ekonomi Indonesia yang sebenarnya sudah mulai terakselerasi di kuartal II-2021.
“Namun tak dipungkiri pembatasan yg lebih ketat tersebut sangat diperlukan guna menopang fondasi pemulihan ekonomi dan juga membuat pemulihan ekonomi dapat lebih sustain ke depan,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Jumat (27/8).
Baca Juga: Penerimaan Bea Cukai tahun ini diprediksi melebihi target, ini faktor pendorongnya
Akibat penerapan PPKM level 3-4, Faisal memprakirakan ekonomi di kuartal III-2021 kan tumbuh di kisaran 3,51% yoy. Ditopang oleh belanja pemerintah terkait penanganan Covid-19 dan PEN. Selain itu berlanjutnya surplus perdagangan atau net ekspor akibat tingginya permintaan eksternal di tengah penurunan permintaan dalam negeri.
Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) kemungkinan akan melemah sejalan dengan turunnya tingkat permintaan. Ia mengatakan, prospek tersebut sudah dapat terlihat dari PMI manufaktur di Juli 2021
Kemudian, untuk konsumsi rumah tangga, Faisal menerka kemungkinan juga akan melemah seiring dengan pembatasan aktivitas masyarakat yg lebih ketat.
Selanjutnya: Lippo bantah aset yang disita BPPN merupakan milik perusahaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News