Reporter: Patricius Dewo | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) yang akan dilakukan secara serentak tahun ini di 171 derah di Indonesia secara tidak langsung juga akan berdampak pada perkembangan ekonomi di Indonesia. Mulai dari industri makanan dan minuman, tekstil, percetakan, sampai pergudangan.
Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya mengungkapkan, dampak jangka pendek adalah pada peningkatan belanja yang dilakukan oleh tim sukses para pasangan calon kepala daerah ketika melakukan kampanye seperti pembelian atribut partai seperti kaos dan spanduk kampanye.
"Pada jangka pendek, pengaruh ekonominya pada peningkatan belanja tim para calon kepala daerah ketika melakukan kampanye dan sosialisasi. Dari segi sektor, yang banyak terpengaruh adalah yang terkait mobilisasi dan kampanye seperti industri makanan minuman, cetak baju atau spanduk dan pergudangan." Ujar Berly kepada KONTAN, Rabu (20/6).
Dia memperkirakan, dampak ekonomi akan besar tahun ini. Pasalnya, daerah peserta pilkada lebih banyak ketimbang 2017 lalu yang hanya 101 daerah.
"Pada tahun 2017 ada 101 daerah yang jalani pilkada , pada tingkat provinsi ada 7 termasuk banten dan Jakarta. Tapi pada tahun ini ada 171 daerah yang jalani pilkada dengan 17 pada tingkat provinsi termasuk provinsi berpenduduk besar seperti Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, dan Sulsel. Jadi lebih banyak daerah dan penduduk yg terlibat sehingga dampaknya tahun ini akan lebih besar," kata Berly.
Sedangkan kontribusi pilkada pada ekonomi jangka panjang adalah kebijakan kepala daerah terpilih untuk mendorong kesejahteraan masyarakatnya.
"Kebijakan dari kepala daerah terpilih, bila yang terpilih sosok yg bersih, kompeten dan kuat leadershipnya, maka akan perkuat competitiveness daerah dan sejahterakan warganya. Sebaliknya, bila yang terpilih memiliki kompetensi, kepemimpinan lemah dan KKN, sulit berharap ada perbaikan lima tahun ke depan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News