kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pesan 500.000 alat tes virus corona, Kementerian BUMN tunggu izin Kemenkes


Rabu, 18 Maret 2020 / 15:24 WIB
Pesan 500.000 alat tes virus corona, Kementerian BUMN tunggu izin Kemenkes
ILUSTRASI. Staf Khusus Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) telah memesan 500.000 alat rapid test corona dari China. Pemesanan dalam jumlah besar itu agar proses uji covid-19 dalam berlangsung cepat dan murah.

Kendati demikian, Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga menyebut alat tes itu belum bisa masuk ke Indonesia lantaran masih belum mendapat izin dari Kementerian Kesehatan sebagai regulator alat medis.

Baca Juga: Staf khusus: Menteri BUMN pesan 500.000 alat tes virus corona

“Kita menunggu izin dari Kemenkes, kalau sudah (diizinkan) bisa kita langsung kirim tes corona dengan cepat dimana-mana. Izinnya sudah kami registrasi sejak 10 Maret,” ujar Arya melalui Whatsapp pada Rabu (18/3).

Bila mendapatkan lampu hijau dari Kemenkes, Arya menyebut alat tersebut bisa tiba dalam hitungan hari dari Hangzhou ke Indonesia. Kementerian BUMN akan menggunakan maskapai Garuda untuk menjemput alat itu dan hanya butuh waktu dua hari.

Arya mengklaim bahwa hasil tes yang dikeluarkan dari alat tersebut tak membutuhkan waktu yang lama. Paling lama, hasil tes akan keluar dalam waktu tiga jam.

Namun Arya menekankan rapid test corona ini merupakan tahap awal pengecekan guna mengetahui positif terpapar virus corona atau tidak.

Arya berharap dengan adanya alat bantuan ini nantinya kasus virus corona yang ada Indonesia cepat terselesaikan.

"Kalau bisa rapid test dengan cepat dikasih izin, permasalahan yang jadi kendala bisa terselesaikan. Walaupun rapid test bukan tes terakhir," jelas Arya.

Arya menilai dengan metode rapid test harganya akan lebih terjangkau dibandingkan tes yang ada saat ini. Kendati begitu, dia belum mau merinci berapa biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk membeli alat ini.

Baca Juga: Tangani Covid-19, Kementerian BUMN libatkan RS pertamina dan Hotel Patra Comfort

“(Harganya) Enggak mahal. Ada deh, tunggu saja. Yang pasti lebih murah dari tes di RS (rumahsakit),” pungkas Arya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×