kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Pertumbuhan Ekonomi RI Diproyeksi Tak Capai 5,2% Hanya dengan Andalkan Paket Stimulus


Rabu, 01 Oktober 2025 / 18:51 WIB
Pertumbuhan Ekonomi RI Diproyeksi Tak Capai 5,2% Hanya dengan Andalkan Paket Stimulus
ILUSTRASI. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2% di akhir tahun, tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan paket stimulus dari pemerintah. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/09/2025


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah masih akan menggelontorkan sejumlah paket stimulus pada akhir tahun atau kuartal IV 2025. Dengan stimulus tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan bisa mencapai target dalam APBN 2025 sebesar 5,2%.

Meski demikian, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2% di akhir tahun, tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan paket stimulus dari pemerintah.

“Kemungkinan untuk mencapai 5,2% sesuai target APBN 2025 masih susah, meskipun ada stimulus 8+4+5,” tutur Eko kepada Kontan, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga: Menkeu Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8%, Agar Masyarakat Tak Lagi Bergantung Subsidi

Alasannya, sasaran paket kebijakan juga lebih banyak diarahkan ke kelas bawah dan sektor informal. Beberapa memang menyasar kelas menengah-bawah, namun secara umum kelas menengah dinilai masih kurang menjadi target dalam paket stimulus tersebut, padahal kelompok ini yang umumnya memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk berkonsumsi.

Eko juga menilai, implementasi paket kebijakan agar tepat sasaran tidaklah mudah. Hal ini karena program stimulus tersebut lebih terkesan reaktif atas aksi unjuk rasa yang terjadi akhir-akhir ini, dibandingkan proaktif untuk membenahi keadaan ekonomi secara lebih struktural seperti tuntutan di berbagai kalangan.

“Stimulus tersebut lebih untuk menahan perlambatan dari 5% dibanding untuk akselerasi ke minimal 5,2% sesuai target,” ungkapnya.

Adapun Eko membeberkan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,2% tahun ini, apabila hanya mengandalkan belanja APBN maka akan sulit. Pasalnya realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I dan II 2025 di bawah 5,2%, yakni masing-masing sebesar 4,87% dan 5,12%. Sehingga realistisnya pertumbuhan ekonomi di 2025 hanya bisa mencapai 5%.

Ia menambahkan, kunci mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut adalah dengan meningkatkan konsumsi rumah tangga, dan investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Baca Juga: Purbaya Ramal Ekonomi Kuartal IV Tumbuh 5,5%: Saham Naik, Belanja Masyarakat Kencang

Lebih lanjut, Eko membeberkan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,4% sesuai dalam APBN 2026, maka sejak kuartal I dimulai akselerasi belanja APBN harus mulai direalisasikan, dan tidak menumpuk di kuartal IV.

“Lalu perbaiki terus kemudahan perizinan, bunga kredit murah karena likuiditas banyak, lalu tingkatkan akses pasar untuk UMKM serta optimalkan kerjasama internasional di bidang ekonomi,” tandasnya.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Center of Economic and law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, paket stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah belum cukup untuk mendorong pertumbuhan 5,2%.

Selain jumlahnya yang dinilai masih kecil dibandingkan dengan dampak efisiensi anggaran, stimulus juga memerlukan proses. Contohnya adalah program magang untuk mahasiswa lulusan baru maksimal 1 tahun yang dibayar pemerintah, masih dipertanyakan kesiapan perusahaan swasta dalam menampungnya.

Hal ini dinilai membutuhkan waktu persiapan dari pihak perusahaan. Setelah magang pun belum tentu peserta langsung direkrut di perusahaan yang sama, sehingga dikhawatirkan hanya akan mengulang pola kartu prakerja, yakni setelah pelatihan selesai tetap tidak ada jaminan memperoleh pekerjaan.

Baca Juga: ADB dan OECD Kompak Proyeksi Ekonomi RI di Bawah Target, Ini Respons Pemerintah

“Tahun ini proyeksi hanya 4,9%, kuartal III 2025 berat tumbuh di atas 5%,” tutur Bhima.

Bhima menilai, pada kuartal III 2025 pertumbuhan ekonomi tidak akan tumbuh di atas 5% lantaran periode tersebut tidak terdapat momen musiman yang dapat mendorong konsumsi, sementara efek efisiensi anggaran masih berlangsung di daerah.

Selain itu, investasi melambat akibat ketidakpastian global dan melemahnya permintaan domestik, ditambah kinerja ekspor komoditas unggulan yang menurun.

Adapun pada kuartal IV memang ada momentum Natal dan Tahun Baru, namun permintaan diperkirakan masih lesu. Bhima menyebut, harga komoditas juga disebut tetap tertekan akibat lemahnya permintaan global.

Di sisi lain, pemerintah diperkirakan masih akan menahan Sisa Anggaran Lebih (SAL) untuk kebutuhan belanja tahun depan serta dalam rangka pengendalian defisit anggaran.

Selanjutnya: BEI Buka Suspensi Perdagangan Saham SOFA, RMKO dan DWGL Mulai Kamis (2/10)

Menarik Dibaca: 7 Zodiak yang Paling Kompetitif, Capricorn Salah Satunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×