Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini, Jumat (5/5). Lima dari 10 ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencapai angka 4,9% year on year (YoY). Sementara lima ekonom lainnya memperkirakan pertumbuhan bisa menyentuh angka 5% YoY.
Sekadar mengingatkan, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun lalu hanya mencapai 4,92% YoY karena lemahnya konsumsi pemerintah dan kinerja investasi. Sementara di kuartal keempat, ekonomi hanya bisa melaju ke angka 4,94% YoY karena pengaruh pemangkasan pengeluaran pemerintah.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama di tahun ini melambat ke angka 4,92% YoY. Penyebabnya, konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB) melambat karena tergerusnya daya beli masyarakat yang dipengaruhi kenaikan tarif listrik.
Melambatnya konsumsi rumah tangga awal tahun terkonfirmasi dari sejumlah indikator. Lana bilang, penjualan Ramayana yang turun menunjukkan konsumsi masyarakat kelas menengah bawah melambat. Meski penjualan Ace Hardware membaik yang menunjukkan konsumsi masyarakat kelas menengah atas juga membaik.
Tak hanya itu, penjualan ritel di kuartal pertama 2017 tercatat turun 0,25% dibanding kuartal pertama 2016, salah satunya terjadi pada penurunan penjualan motor. Hal ini juga sejalan dengan indeks penjualan ritel berdasarkan hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI), pada Februari dan Maret lebih lambat dibanding Januari, meski optimisme konsumen meningkat.
Melambatnya permintaan juga tercermin dari volume impor yang turun, meski nilainya naik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor Januari-Maret 2017 turun 1,12% YoY, sementara nilai impor naik 14,83% YoY.
"Sementara investasi ada perbaikan sehingga pertumbuhan kami perkirakan ada kecenderungan ke atas, ke 4,95%," kata Lana kepada KONTAN, Kamis (4/5). Ralisasi investasi dari Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) kuartal pertama tahun ini tumbuh 13,2% YoY dan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal keempat 2016 yang tumbuh 9,6% YoY.
Sementara itu, Ekonom BRI Akbar Suwardi memproyeksi, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini sebesar 4,96% YoY. Menurut Akbar, konsumsi masih menjadi pendorong utama, tetapi pertumbuhan konsumsi tidak terlalu tinggi.
Lebih lanjut menurutnya, realisasi belanja pemerintah tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi belanja negara hingga 31 Maret 2017 mencapai Rp 400 triliun naik tipis 2,56% YoY, walaupun realisasi belanja modal tumbuh 15,69% YoY yang menjadi penyumbang pembentukan modal tetap bruto (PMTB).
Akbar juga melihat, kinerja ekspor juga membaik, tetapi kenaikan volume tidak terlalu signifikan, hanya sekitar 3%-4% YoY. DBPS memang menujukan, nilai ekspor kuartal pertama tumbuh 20,84% YoY, tetapi volumenya hanya tumbuh 6,53% YoY.
Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memperkirkaan, laju ekonomi kuartal pertama tahun ini bisa mencapai 5,03% YoY karena didorong oleh kinerja ekspor dan investasi.
"Konsumsi sedikit melambat dan kami pikir belanja partai politik naik selama Pilkada," kata Aldian.
Sebelumnya BI mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah dari perkiraan awal. Sebab, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berpotensi sedikit melambat yang tercermin dari pertumbuhan penjualan eceran dan motor yang menurun karena proses konsolidasi korporasi yang masih berlanjut.
BI melihat investasi yang membaik, terutama investasi bangunan dan nonbangunan karena peningkatan harga komoditas. Khusus investasi nonbangunan, terlihat pada penjualan alat berat untuk pertambangan dan perkebunan yang meningkat. Kenaikan harga komoditas juga mendorong kinerja ekspor yang tumbuh positif.
"Kalau forecasting BI mungkin 4,99% sampai lima koma nol sekian persen," kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara beberapa waktu lalu. Pihaknya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi akan naik di kuartal kedua karena perbaikan investasi dan ekspor. Sedangkan konsumsi diperkirakan relatif stabil.
Di atas ekspektasi ekonom, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa menyentuh 5,1% YoY. Menurutnya, selain perbaikan ekspor, kenaikan harga komoditas juga ditransmisikan ke dalam peningkatan penghasilan masyarakat di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Selain itu, musim panen raya di tahun ini kembali jatuh ke kuartal pertama. Berbeda dengan tahun lalu, yaitu musim panen bergeser ke kuartal kedua. Bahkan Darmin juga optimistis, pertumbuhan sepanjang tahun ini bisa mencapai 5,3% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News