Sumber: KONTAN | Editor: Tri Adi
JAKARTA. Ekonomi Indonesia relatif stabil dalam menghadapi krisis ekonomi ketimbang negara Asia lain. Paling tidak begitulah hasil riset Grup DBS terhadap perekonomian negara kita.
Head of Economics and Currency Research Grup DBS David Carbon menyatakan, ketika krisis keuangan global menghantam sepanjang 2008 lalu, Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi paling terjaga.
Dua tahun lalu Indonesia mencetak pertumbuhan ekonomi hingga 6,1%. Sementara, negara-negara Asia lain rata-rata hanya mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi di kisaran 3% saja.
Pada 2009, saat efek krisis finansial betul-betul terasa, Indonesia juga mencatat pertumbuhan ekonomi yang positif, meski lebih rendah dibandingkan dengan 2008, yakni sebesar 4,4%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara-negara Asia lain yang justru minus 1%.
DBS Grup memproyeksikan tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,5%. "Lebih unggul 0,1% dari Korea Selatan," ujar Carbon kemarin (7/7).
Dia menebak pertumbuhan ekonomi negara Asia termasuk Indonesia masih akan tetap didorong oleh konsumsi swasta. Dari kuartal ketiga 2008 hingga kuartal pertama 2010, kontribusinya mencapai 61% atau US$ 175 miliar dari total pertumbuhan permintaan domestik yang mencapai US$ 285 miliar.
Nah, Carbon bilang agar bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi tahun ini, Indonesia harus memacu minat investor untuk menanamkan duit di Indonesia. Caranya dengan mengerek suku bunga acuan alias BI rate lebih tinggi dari 6,5%. "Karena saat ini investor sedang diliputi rasa ketidakpercayaan terhadap perbankan pascakrisis 2008 maupun krisis utang sedang melanda Eropa," kata dia.
Di lain pihak, Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika mengatakan, ekspor Indonesia hanya 28% terhadap pertumbuhan ekonomi. "Rasio ekspor yang rendah tersebut sebetulnya menggambarkan daya saing kita yang juga rendah," jelas dia.
Ditambah lagi, biaya produksi yang mahal akibat mafia birokrasi dan infrastruktur yang kurang. Ini membuat Indonesia tak bisa mengambil peluang dari momentum perbaikan ekonomi Asia.
Sejatinya, proyeksi Grup DBS masih rendah ketimbang perkiraan lembaga keuangan internasional lainnya, meski mereka menyebut ekonomi Indonesia relatif stabil dalam menghadapi krisis ekonomi ketimbang negara Asia lainnya. Bank Dunia, sebagai contoh, malah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan bisa mencapai 5,9%.
Pemerintah RI sendiri mematok target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% dalam APBN-P 2010. Cuma, pemerintah belum merasa perlu merevisi target tersebut meski pun sejumlah pihak termasuk Bank Indonesia (BI) berani menebak ekonomi kita tahun ini bisa tembus 6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News