Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya akan tumbuh di kisaran 4,8% hingga 5%.
Proyeksi tersebut menurun dari perkiraan pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI yang sebesar 5,1% hingga 5,7%. Pun juga lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 5,3%.
Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Indef M Rizal Taufikurahman menilai, melandainya pertumbuhan ekonomi tahun depan selain dipengaruhi tensi perekonomian global yang memburuk, juga adanya pemilihan presiden (pilpres) pada tahun depan.
“Karena tahun depan masih ada proses pilpres dan juga geopolitiknya, maka ketidakpastian usaha, akan tensi politik sangat mempengaruhi kinerja indikator makro, terutama konsumsi dan investasi,” tutur Rizal kepada Kontan.co.id, Rabu (14/6).
Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga Tetap Jadi Salah Satu Penopang Pertumbuhan Ekonomi RI
Selain itu, Rizal menilai lambatnya belanja pemerintah pusat dan daerah juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pola belanja ini memang bukan hal baru, karena sudah terjadi dari tahun ke tahun.
Padahal, kata Rizal, semakin cepat belanja pemerintah untuk barang publik, maka pelaku ekonomi akan merespon untuk mendapatkan nilai tambahnya. Nilai tambah yang menjaga kontinuitas dalam produksi dan kualitas produksinya sendiri.
“Selain itu, sudah dapat dipastikan mulai rencana hingga realisasi, terutama sektor industri manufaktur dan jasa. Dengan demikian, realisasi fiskal yang disiplin dan tepat waktu, sasaran dan pelaksanaannya maka akan memberikan nilai tambah yang semakin meningkat dan cepat,” jelasnya.
Dia menambahkan, pemerintah pusat maupun daerah juga dinilai belum agresif dalam percepatan penyerapan realisasi belanja fiskal. Sehingga pola tersebut harus segera diperbaiki, karena keagresifan penyerapan realisasi belanja pemda dan pusat menjadi kunci tercapai realisasi target pertumbuhan ekonomi.
“Apalagi tahun geopolitik terdapat tantangan sangat besar dalam menggerakkan produksi dan ekonomi makro maupun mikronya,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News