kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BI Prediksi Ekonomi Global Tahun Ini Tumbuh 2,7%, Naik dari Proyeksi Sebelumnya


Jumat, 26 Mei 2023 / 05:31 WIB
BI Prediksi Ekonomi Global Tahun Ini Tumbuh 2,7%, Naik dari Proyeksi Sebelumnya
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersama para deputi gubernur memberikan keterangan kepada wartawan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) di Jakarta.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek ekonomi global tahun ini agaknya akan sedikit lebih baik.

Bank Indonesia (BI) pun menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan mencapai 2,7% yoy. Ini lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi global dari BI pada bulan lalu, yang sebesar 2,6% yoy.

"Pertumbuhan ekonomi global yang menguat terutama ditopang oleh pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang tumbuh lebih kuat," tutur Perry dalam konferensi pers, Kamis (25/5) di Jakarta.

Baca Juga: BI Mungkin Jadi Bank Sentral Pertama yang Menurunkan Suku Bunga Acuan

Ia mengambil contoh ekonomi China, akan tumbuh lebih gemilang didorong pembukaan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Pun pertumbuhan ekonomi India juga diperkirakan meningkat, didukung permintaan domestik yang makin kuat.

Namun, Perry memberi catatan badai masih menghantui perekonoiman negara maju, terutama Amerika Serikat (AS).

Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi negara adidaya tertahan karean dampak kebijakan moneter ketat dan peningkatan risiko stabilitas sistem keuangan.

"Pun dari sisi inflasi, penurunan inflasi terjadi lebih cepat di negara berkembang. Namun, di negara maju berjalan lebih lambat akibat ketatnya pasar tenaga kerja," tambahnya.

Selain itu, ketidakpastian di pasar keuangan negara maju juga lebih tinggi dibandingkan negara berkembang.

Ini seiring dengan ketidakpastian di stabilitas sistem keuangan dan ketidakpastian penyelesaian masalah debt ceiling di AS yang masih berlangsung.

Sebaliknya, aliran masuk modal asing ke negara besar makin moncer, termausk Indonesia seiring kondisi dan prospek ekonomi yang lebih baik.

Baca Juga: Inflasi Landai dan Rupiah Stabil, Bunga BI Diprediksi Tetap 5,75%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×