Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sepertinya bakal tidak tercapai lagi. World Bank (Bank Dunia) menganalisa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan tumbuh seperti tahun 2012 sebesar 6,2%. Bahkan, pertumbuhan ini bisa lebih kecil lagi bila pemerintah salah mengeluarkan kebijakan. Namun, World Bank menghitung pertumbuhan ekonomi nasional akan meningkat pada tahun 2014 menjadi 6,5%.
Perkiraan Bank Dunia ini jauh lebih kecil dari target pemerintah sebesar 6,3%-6,8%. Tahun lalu, pemerintah juga gagal mencapai target pertumbuhan ekonomi 6,5%.
Bank Dunia menilai meningkatnya angka inflasi akan melemahkan daya beli masyarakat. Inflasi masih akan bergerak mendekati batas atas target pemerintah tahun ini, yaitu 5,5%. Penyebabnya, besarnya pertumbuhan kredit, permintaan dalam negeri, dan tekanan biaya tinggi.
Padahal, selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia terdorong oleh tingkat konsumsi masyarakatnya yang besar. Jim Brumbey, Ekonom Bank Dunia, mengatakan lemahnya daya beli juga bisa menyebabkan nilai investasi di Indonesia turun. "Selama ini investasi telah didorong oleh pertumbuhan konsumsi dalam negeri yang tinggi," ujar Jim, di acara Outlook Ekonomi Indonesia, Senin (18/3).
Pacu investasi
Seperti diketahui, besar-kecilnya investasi juga turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Nilai investasi menentukan peningkatan angka produksi nasional.
Nah, bila iklim investasi semakin memburuk karena kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bisa lebih kecil lagi. Untuk itu, Bank Dunia menyarankan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendukung investasi.
Salah satunya dengan meningkatkan investasi di bidang infrastruktur yang selama ini masih mini. Padahal, itu sangat penting untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Apalagi, urbanisasi di Indonesia sangat cepat sehingga mayoritas penduduknya hidup di perkotaan. "Bangkitnya kota-kota di Indonesia merupakan kekuatan ekonomi yang sangat besar," kata Jim.Dengan investasi bidang infrastruktur yang besar, kekuatan ekonomi perkotaan lebih mudah disebarkan ke daerah sekitarnya sehingga meningkatkan daya beli masyarakat dan mempercepat pengurangan angka kemiskinan.
Dalam catatan World Bank, angka kemiskinan tahun 2012 menurun hingga 12,5%. Meski begitu tingkat kerentanan masih tinggi, dengan hampir 40% penduduk hidup dengan tingkat konsumsi di bawah 1,5 kali garis kemiskinan nasional. Pemerintah menargetkan angka kemiskinan berkurang menjadi 10% tahun 2014.
Doddy Arifitanto, Ekonom Universitas Ma Chung, lebih pesimis lagi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 6%.
Selain karena tingkat Investasi terus menurun, Doddy juga melihat neraca ekspor-impor Indonesia akan menekan pertumbuhan. Padahal kondisi ekspor-impor Indonesia memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan, mencapai 10%, sedangkan investasi hingga 35%.
Namun Tjokorda Nirarta Samdhi, Deputi bidang Perencanaan Prioritas Nasional dan Evaluasi Penyerapan Anggaran Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), meyakini pemerintah bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi. Caranya, dengan mengoptimalkan penyerapan anggaran di kementerian/lembaga.
Destri Damayanti, Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas sependapat dengan Tjokorda. Menurutnya, meski nilai investasi rendah, tapi tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi akan mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga bisa mencapai target bawah, sebesar 6,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News