Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Indonesia bersama ASEAN-BAC Brunei Darussalam menyelenggarakan pertemuan Borneo Business Roundtable (BBR) atau Meja Bundar Bisnis Borneo 2023, di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Pertemuan Meja Bundar Bisnis Borneo ini mempertemukan para pemangku kepentingan 3 negara ASEAN yang berada di Borneo atau Pulau Kalimantan, yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam untuk mendiskusikan langkah-langkah konkrit meningkatkan perdagangan intra-Kalimantan, menarik Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment/FDI), dan rencana penyelenggaraan Borneo Business Summit di Pontianak, Kalimantan Barat, pada bulan November mendatang.
“Merupakan kehormatan bagi saya untuk berdiri di hadapan Anda hari ini, saat kita berkumpul membahas peluang penting bagi kawasan kita, pertumbuhan lanskap perdagangan Kalimantan, dan penguatan hubungan ekonomi melalui kerja sama," kata Ketua ASEAN-BAC 2023, Arsjad Rasjid, dalam keterangannya.
Baca Juga: Erick Thohir: Terdapat 3 Subtema yang Dibahas pada ASEAN Indo Pacific Forum
Pertemuan di Jakarta ini menandai terselenggaranya Borneo Business Roundtable yang kedua kalinya, setelah pertemuan pertama yang sukses di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, pada tanggal 28 April 2023.
Pada pertemuan kedua ini, perwakilan tiga negara ASEAN di Kalimantan secara resmi mendukung Kerja Sama. Pernyataan yang bertujuan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi Kalimantan (BEC). Inisiatif ini dirancang untuk mempromosikan strategi bersama yang akan merangsang pembangunan ekonomi di wilayah Kalimantan dan mendorong hubungan lintas batas.
Sementara itu, Ketua ASEAN-BAC Brunei Darussalam Haslina Taib menjelaskan, BEC bertujuan untuk berfungsi sebagai asosiasi bisnis yang inklusif dan berbasis keberlanjutan bagi perusahaan-perusahaan di Kalimantan dan para profesional di bidang-bidang yang sedang berkembang, seperti mereka yang terlibat dalam gig economy, pembuatan konten, dan kerja jarak jauh.
Tujuan ini akan diwujudkan melalui berbagai inisiatif, termasuk namun tidak terbatas pada, pasar dan program yang dirancang untuk mengurangi hambatan masuk bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), usaha pedesaan dan sosial, serta digital nomads dan individu terampil.
Baca Juga: Arsjad Rasjid: Ekspor Komoditas Pangan Sesama Negara ASEAN Masih Minim
Sebagai inisiatif berbasis perusahaan, BEC memberikan peluang inklusif bagi dunia usaha di Kalimantan. “Kami tetap berkomitmen untuk mendorong keberlanjutan regional di ASEAN, mengatasi tantangan bisnis di Pulau Kalimantan, dan meningkatkan kolaborasi, baik di dalam maupun di luar Kalimantan,” jelas Haslina.
Tingkatkan Kolaborasi
Lebih lanjut Arsjad menjelaskan bahwa gugus tugas kolaboratif yang terdiri dari perwakilan mitra BEC akan dibentuk untuk meningkatkan kolaborasi dengan tujuan yang koheren dan selaras dalam membentuk pulau yang dinamis, menjadi episentrum Ekonomi Hijau di ASEAN, yang dibangun berdasarkan tujuan pembangunan berkelanjutan bersama untuk kesejahteraan. masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, dan kesejahteraan.
“Diskusi hari ini akan membahas topik-topik penting, memberikan wawasan tentang Nusantara, ibu kota baru Indonesia yang visioner, yang akan diresmikan pada tahun 2024, dan membayangkan kemungkinan ibu kota ini bagi negara tetangga dan komunitas bisnis kita,” kata Arsjad.
Baca Juga: Pertemuan ke-23 DewanMEA, Mendag Zulkifli: Visi 2045 Tentukan Arah Perkembangan ASEAN
Ibu Kota Nusantara, calon ibu kota Indonesia masa depan, akan diresmikan pada 17 Agustus 2024, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79. Kota baru ini akan dikembangkan sebagai pusat perkotaan yang inklusif, hijau dan berkelanjutan, dengan lebih dari 75% wilayah administratifnya tetap hijau.
Untuk itu, pertemuan Borneo Business Roundtable akan menjajaki peluang-peluang yang timbul dari pemindahan ibu kota Indonesia ke Ibu Kota Nusantara bagi negara tetangga dan dunia usaha, menuju terbentuknya Green Economic Hub di ASEAN, kata Arsjad.
Potensi Signifikan
Arsjad mengungkapkan, Kalimantan adalah pulau terbesar di Asia dan terbesar ke-3 di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 24 juta jiwa di 3 negara yang mendiami Kalimantan, terdapat potensi yang signifikan untuk meningkatkan perdagangan di Brunei Darussalam, Kalimantan, Labuan, Sabah, dan Sarawak.
Tujuan utama BEC adalah untuk memajukan Sentralitas ASEAN Indonesia dan melanjutkan proyek-proyek prioritas dan warisan ASEAN Indonesia Tahun 2023 di tingkat sub-regional, termasuk Transformasi Digital, Pembangunan Berkelanjutan, dan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi, pemanfaatan teknologi digital, dan bidang lainnya.
Baca Juga: Arsjad Rasjid: Investasi dan Perdagangan Jadi Urat Nadi Perekonomian
Hari ini, pendaftaran minat untuk DagangBorneo, sebuah inisiatif unggulan BEC, telah diumumkan. Proyek ini berfungsi sebagai platform pasar digital kooperatif bagi dunia usaha, investor, profesional digital, dan pemerintah Kalimantan. Tujuannya adalah untuk mempromosikan fasilitasi perdagangan dan digitalisasi, meningkatkan kompatibilitas sistem konektivitas regional, meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, dan memperkuat posisi perdagangan global ASEAN.
“Sebagai pemimpin, CEO, dan pemangku kepentingan, kita harus menciptakan lingkungan pertumbuhan inklusif dan kerja sama tanpa batas. Saya menghargai komitmen Anda terhadap BEC dalam pertemuan meja bundar ini. Diskusi hari ini melampaui aspirasi ekonomi. Kalimantan menjadi pusat kehidupan kita dan warisan yang kita lewati aktif,” pungkas Arsjad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News