kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.171.000   -3.000   -0,14%
  • USD/IDR 16.750   25,00   0,15%
  • IDX 8.076   -50,78   -0,62%
  • KOMPAS100 1.120   -9,97   -0,88%
  • LQ45 800   -8,74   -1,08%
  • ISSI 281   -2,13   -0,75%
  • IDX30 420   -4,37   -1,03%
  • IDXHIDIV20 482   -3,64   -0,75%
  • IDX80 122   -1,03   -0,84%
  • IDXV30 133   0,18   0,14%
  • IDXQ30 133   -1,14   -0,85%

Persaingan Negara Saat Ini Bukan Soal Ideologi dan Militer, Tapi Pasar


Kamis, 25 September 2025 / 12:16 WIB
 Persaingan Negara Saat Ini Bukan Soal Ideologi dan Militer, Tapi Pasar
ILUSTRASI. Russia's Yars intercontinental ballistic missile system unit moves along a road on the day of a rehearsal for a military parade, which marks the 80th anniversary of the victory over Nazi Germany in World War Two, in Moscow, Russia, May 7, 2025. REUTERS/Evgenia Novozhenina 


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman terhadap kedaulatan Indonesia tidak hanya dalam bentuk agresi militer. Yang mengkhawatirkan adalah perang narasi dan hukum atau narrative and legal warfare (NLW). 

Wakil Menteri Pertahanan, Donny Ermawan Taufanto mengingatkan, di bidang kesejahteraan dan ekonomi, NLW menargetkan komoditas strategis yang dilindungi dalam UU Perkebunan, seperti kelapa sakit dan tembakau, selain juga produk-produk pertambangan.

"Padahal komoditas-komoditas tersebut menopang pendapatan negara dan penting bagi penyediaan lapangan kerja. Di bidang politik negara, yang kerap diserang adalah institusi yang bertanggung jawab menjaga kedaulatan negara,” kata Donny, dalam rilis ke Kontan.co.id, Rabu (24/9).   

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menegaskan, isu-isu seputar komoditas strategis nasional kerap menjadi bagian dari kontestasi global. Persaingan antarnegara saat ini bukan lagi soal ideologi, tapi pasar.

Baca Juga: Penasihat Presiden: Tak Ada Wacana Darurat Militer

Serangan NLW terhadap ketahanan ekonomi negara menargetkan komoditas strategis, seperti kelapa sawit dan tembakau, merupakan bentuk neokonalisme atau penjajahan baru. Padahal komoditas-komoditas tersebut berkontribusi signifikan bagi pemasukan negara dan penyerapan tenaga kerja.

Karena pasar berkorelasi dengan lapangan kerja dan lapangan kerja berkorelasi dengan kesejahteraan. Kesejahteraan itulah yang mendorong negara berkembang pesat,” ujar Hikmahanto.

Menurut mantan Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji, dalam menghadapi NLW tidak bisa hanya mengandalkan perhitungan ekonomis. “Perlu ada fondasi kuat dari jati diri bangsa yang tercermin di dalam nilai Pancasila,” ucap Budi.

Untuk menangkal dampak negatif NLW, Donny mengingatkan konsep defence intellectual management (DIM) dari Menteri Pertahanan, Sjarie Sjamdoeddin. Ini adalah pelibatan intelektual Indonesia yang sadar akan pentingnya kedaulatan negara. 

“Kita membutuhkan kemampuan DIM agar tercipta kapasitas adaptif yang mampu merespons berbagai tantangan nirmiliter yang semakin canggih,” ujar Donny. 

Selanjutnya: IHSG Melemah ke 8.075 di Sesi Pertama, ANTM, MDKA, BRPT Jadi Top Losers LQ45

Menarik Dibaca: Mahasiswa Bisa Adu Ide Bisnis di CALIBER Challenge 2025, Catat Syarat dan Tahapannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×