CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.782   35,00   0,21%
  • IDX 8.385   -32,29   -0,38%
  • KOMPAS100 1.163   -2,62   -0,22%
  • LQ45 848   -2,40   -0,28%
  • ISSI 292   -1,69   -0,57%
  • IDX30 443   -1,81   -0,41%
  • IDXHIDIV20 514   -0,12   -0,02%
  • IDX80 131   -0,55   -0,42%
  • IDXV30 136   -0,84   -0,61%
  • IDXQ30 142   0,29   0,21%

Permintaan melemah, utang swasta melambat


Sabtu, 19 November 2016 / 13:09 WIB
Permintaan melemah, utang swasta melambat


Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan utang Indonesia pada akhir kuartal III-2016 sebesar 7,8% dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi US$ 325,3 miliar. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibanding pertumbuhan kuartal II-2016 yang sebesar 6,2% (yoy) atau senilai US$ 323,8 miliar.

Dengan pertumbuhan itu, rasio utang luar negeri (ULN) terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal III-2016 tercatat 35,7%. Rasio itu menurun dibanding akhir kuartal II yang sebesar 36,9%. ULN jangka panjang masih mendominasi mencapai US$ 283,5 miliar.

Jumlah itu tumbuh 8,7% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal sebelumnya 8,2% (yoy). Sementara utang jangka pendek US$ 41,8 miliar, tumbuh 1,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya 3% (yoy).

"Meski utang jangka pendek meningkat, rasionya terhadap cadangan devisa turun menjadi 35,5% dari 37,8% pada kuartal sebelumnya sejalan dengan meningkatnya posisi cadangan devisa," tulis BI dalam laporannya, Jumat (18/11).

ULN pemerintah dan bank sentral atau publik tercatat tumbuh 20,8% (yoy) menjadi US$ 162,2 miliar, naik dibandingkan kuartal sebelumnya 17,9% (yoy). Sementara ULN swasta tercatat US$ 163,1 miliar, turun 2,7% (yoy).

Bahkan penurunannya lebih dalam dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 2,3% (yoy). Posisi ULN swasta masih terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas, dan air bersih.

Dalam laporan juga tergambar, kemampuan membayar utang Indonesia yang tercermin dari rasio pembayaran utang atau debt to service ratio (tier-1) meningkat menjadi 21,74% dibanding kuartal sebelumnya 20,58%.

Potensi meningkat

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, penurunan rasio ULN terhadap PDB bisa terjadi karena peningkatan nominal PDB. Namun demikian, menurutnya, yang masih perlu diperhatikan adalah ULN swasta yang melemah karena industri masih berhati-hati dengan kondisi global saat ini.

Namun dari sisi lain, kelanjutan penurunan ULN swasta, bisa terjadi karena swasta yang melunasi utang-utangnya di luar negeri lantaran mengikuti program amnesti pajak.

Menurut David, hingga akhir tahun nanti, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia akan didorong oleh utang pemerintah. Apalagi ada rencana pemerintah untuk menerbitkan global bond di akhir tahun untuk memenuhi kebutuhan belanja di awal tahun depan. "Dari sisi rasio, pemerintah memang masih memiliki ruang untuk menambah utang," kata David.

Sementara sektor swasta, masih melihat tren permintaan dan konsumsi di dalam negeri. Namun David melihat, ada potensi peningkatan pinjaman dari sektor swasta mengingat tingkat yield global yang cenderung meningkat. "Orang akan berbondong-bondong ambil pinjaman kalau melihat tren ke depan suku bunga meningkat," ujarnya.

Seiring dengan kenaikan utang tersebut, David mengatakan, kemampuan membayar ULN Indonesia kembali melemah. Itu juga sejalan dengan masih lemahnya kondisi ekonomi di dalam negeri.

Hanya saja, menurutnya, sampai saat ini, kemampuan membayar ULN sampai akhir tahun tidak terlalu mengkhawatirkan. Sebab, ekspor akhir tahun diperkirakan meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×