Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan permintaan batubara Indonesia di pasar global khususnya untuk China dan India berpotensi menurun.
Penyebab turunnya permintaan batubara Indonesia lantaran kebijakan China yang telah membuka kembali keran impor batubara dari Australia. Sementara itu, India juga tengah memacu produksi batubara dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestiknya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, faktor tersebut tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor batubara Indonesia ke India dan China, maupun kinerja ekspor secara keseluruhan pada tahun ini.
Baca Juga: BI: Surplus Neraca Perdagangan Perkuat Ketahanan Eksternal RI
Yusuf menilai, China merupakan market ekspor batubara yang sangat besar sehingga dibukanya keran ekspor dari Australia tidak serta merta akan menutup keran ekspor yang biasa dilakukan oleh Indonesia.
“Sementara itu, untuk kebijakan India sekali lagi ini akan ditentukan apakah kebijakan tersebut akan langsung bisa dijalankan di tahun ini atau tidak. Karena kalau kita berbicara Bagaimana dongkrak produksi sumber daya alam ada yang sifatnya bertahap dan kemudian tidak bisa langsung dijalankan di tahun tersebut,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Senin (20/2).
Meski begitu, harga batubara saat ini yang tidak akan setinggi tahun lalu dan berakhirnya era harga komoditas tinggi akan berdampak pada nilai ekspor dari produk komoditas yang salah satunya adalah batubara.
Sehingga, kata Yusuf, ketika harga batubara melambat maka akan ikut mempengaruhi keseluruhan dari nilai ekspor, mengingat batubara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia.
Baca Juga: Harga Batubara Terus Tertekan, Analis Prediksi Bisa Turun di Bawah US$ 100 per Ton
“Makanya dalam proyeksi kami untuk neraca dagang di tahun ini, menurunnya harga komoditas menjadi salah satu pertimbangan kami ketika menurunkan proyeksi dari neraca dagang,” kata Dia.
Yusuf menambahkan, meskipun neraca dagang masih berpotensi surplus pada tahun ini, tetapi dengan menurunnya harga komoditas termasuk di dalamnya harga batubara, surplus neraca dagang Indonesia di sepanjang tahun 2023 akan berada jauh di bawah level pencapaian surplus neraca dagang di tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News