kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   12.000   0,53%
  • USD/IDR 16.615   12,00   0,07%
  • IDX 8.150   -18,95   -0,23%
  • KOMPAS100 1.113   -2,10   -0,19%
  • LQ45 782   -2,93   -0,37%
  • ISSI 289   1,16   0,40%
  • IDX30 411   -1,54   -0,37%
  • IDXHIDIV20 460   -2,72   -0,59%
  • IDX80 123   -0,24   -0,20%
  • IDXV30 132   -0,41   -0,31%
  • IDXQ30 128   -0,56   -0,43%

Perlindungan Macan Butuh US$ 170 Juta


Kamis, 08 Juli 2010 / 10:32 WIB


Reporter: Teddy Gumilar | Editor: Tri Adi

JAKARTA. Pemerintah mematok target jumlah harimau Sumatera yang hidup di alam liar bertambah menjadi dua kali lipat pada 2022 mendatang. Saat ini, populasi binatang buas bernama latin Panthera tigris sumatrae ini di habitat aslinya hanya tinggal sekitar 400 ekor.

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan (Kemhut) Darori mengatakan, target tersebut merupakan komitmen Indonesia yang akan disampaikan dalam ajang Pre-Tiger Summit Partners Dialogue Meeting. Acara ini digelar di Nusa Dua, Bali, pada 12-14 Juli 2010 nanti.

Catatan saja, Pre-Tiger Summit Partners Dialogue Meeting merupakan persiapan sebelum Konferensi Internasional Harimau yang diadakan di Rusia pada 15-18 September 2010 mendatang. Perhelatan itu akan dihadiri 13 negara yang masih memiliki harimau liar, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga keuangan internasional.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kemhut Harry Santoso mengungkapkan, untuk melipatgandakan populasi harimau Sumatera yang hidup di alam luar membutuhkan banyak biaya, minimal US$ 170 juta atau sekitar Rp 1,54 triliun.

Karena itu, pemerintah berharap lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia bersedia memberikan dana untuk meningkatkan populasi harimau Sumatera. "Kalau cuma mengandalkan anggaran negara tentu tidak akan cukup. Anggaran direktorat kami saja, untuk tahun ini hanya Rp 15 miliar. Itu untuk membiayai urusan mulai dari semut sampai gajah," ungkap Harry.

Efransjah, Chief Executive Officer World Wide Fund (WWF) Indonesia, mengatakan, konservasi harimau Sumatera juga membutuhkan hutan alam seluas 7 juta hektare, terdiri dari enam hamparan di Sumatera, misalnya, Kawasan Taman Nasional (TN) Kerinci, TN Kuala Kampar, dan TN Balirejang Selatan. Tapi, "Ini tidak cuma harimau, tapi juga untuk kepentingan konservasi flora dan fauna lain," ujarnya.

Dari sembilan sub spesies harimau di dunia, tiga di antaranya sudah punah, antara lain harimau Bali dan Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×