Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Bank Dunia baru saja merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,9%. Ekonom melihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bukanlah pola yang biasa terjadi.
"Ini di luar kebiasaan kita," sebut Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, Rabu, (3/7).
Pertama, adanya defisit pada neraca perdagangan Indonesia. Pada akhir 2012 lalu, neraca perdagangan defisit US$ 1,6 miliar. Namun dalam 5 bulan awal 2013 ini saja, defisit neraca perdagangan sudah menginjak posisi US$ 2 miliar. Menurut Tony, pelemahan ekonomi dunia ini terjadi lebih cepat dibanding perkiraan.
Kedua, adanya pelemahan Rupiah akibat perekonomian Amerika Serikat yang mengerem quantitative easing. Sehingga, jumlah Dollar berkurang dan kursnya perlahan menguat. Inilah yang kemudian berdampak pada melemahnya rupiah. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kurs tengah Rupiah per hari ini berada di posisi Rp 9.941.
Selain itu, pelemahan Rupiah ini pun dapat berdampak pada minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tony bilang, ini bisa membuat kepercayaan diri para investor tersebut berkurang pada perekonomian Indonesia.
Meski begitu, ia beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik. Pasalnya, China pun merevisi ke bawah pertumbuhan ekonominya dari 7,7% menjadi 7,5%. Selain itu, India juga memperkirakan ekonominya tumbuh 5,2%-5,4%. "Ini tidak hanya kita, tapi juga negara emerging market lain. Pertumbuhan kita sekitar 6% sudah cukup baik," tandas Tony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News