Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembukaan kembali aktivitas ekonomi China nyatanya tidak menjamin ekonomi negara tersebut akan membaik. Bahkan dugaan perlambatan pemulihan perekonomian China pada tahun ini juga tahun depan bisa berdampak buruk bagi mitra dagang, salah satunya Indonesia.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, perlambatan ekonomi China akan menjadi pengaruh utama yang menyebabkan perekonomian Indonesia dari sisi eksternal terguncang.
“Dibandingkan dengan perang Ukraina dan Rusia, atau dibanding krisis Eropa atau Amerika, perlambatan ekonomi China justru paling mempengaruhi. Karena setiap 1% perlambatan ekonomi China akan berpengaruh hingga 0,1% terhadap ekonomi Indonesia,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (23/6).
Baca Juga: Meski Ekonomi Dibuka, BI Proyeksikan Pertumbuhan China Tak Setinggi Perkiraan Semula
Kekhawatiran tersebut karena, porsi dagang Indonesia ke China relatif besar. Bahkan Indonesia juga cukup banyak impor dari China.
Sehingga jika ada gangguan ekonomi di China, seperti industri manufakturnya melambat atau terjadi perlemahan pada industri ritelnya, maka barang kebutuhan Indonesia yang didapatkan dari China juga akan berkurang.
Sementara itu, dari sisi investasi selama sembilan tahun terakhir terakhir, bahwa China cukup berperan penting sebagai negara pangsa investasi nomor dua terbanyak di Indonesia setelah di Singapura.
Moncernya investasi dari China tersebut menunjukkan sensitivitas terhadap arus dan masuknya investasi ke Indonesia terutama untuk pengerjaan proyek hirilisasi smelter pertambangan, kemudian di sektor otomotif mobil listrik, hingga infrastruktur dan mega proyek lainnya yang cukup besar.
Untuk itu, Bhima menyarankan agar pemerintah bisa memitigasi serta melakukan berbagai langkah untuk mengatasi perlambatan ekonomi China tersebut.
“Ini karena proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini yang dirilis oleh berbagai lembaga internasional dikoreksi turun atau lebih rendah dari 2022, dan tahun depan pun lebih rendah,” jelasnya.
Baca Juga: Warning BI: Ada Peningkatan Ketidakpastian Ekonomi Global
Antisipasi yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan mencari negara alternatif untuk menutup permintaan ekspor dari China yang kemungkinan akan berkurang.
Sebab jika tidak, efeknya selain ke perlemahan ekonomi juga akan mempengaruhi harga komoditas unggulan yang melambat, juga akan bergejolak pada neraca perdagangan dan devisa hasil ekspor (DHE).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News