Reporter: Agus Triyono | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Cacat yang dimiliki oleh kontraktor asal China dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Bertenaga Batubara, Gas dan Energi Terbarukan (Fast Track Programme) Tahap I tidak membuat pemerintah kapok.
Mereka tetap melanjutkan kerjasama dengan pihak China dalam pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 megawatt yang akan mereka kerjakan dalam waktu lima tahun ke depan.
Tidak main main, kerjasama tersebut bahkan langsung dilakukan dalam pertemuan bilateral antara Presiden joko Widodo dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping di sela- sela KTT Asia Afrika ke- 60 Rabu lalu (22/4). Bukan hanya itu saja, seperti dikutip dari website Sekretariat Kabinet, kerjasama dengan China dalam pembangunan infrastruktur tidak hanya dilakukan dalam pembangunan pembangkit listrik saja.
Kerjasama juga akan dilakukan dalam pembangunan 24 pelabuhan, 15 pelabuhan udara, pembangunan jalan sepanjang 1.000 kilometer. Selain itu, kerjasama juga akan dilakukan dalam pembangunan jalan kereta sepanjang 8.700 kilometer. Jokowi sebagaimana dikutip dari website tersebut menyampaikan penghargaannya atas dukungan yang akan diberikan oleh pemerintah China dalam pembangunan infrastruktur tersebut.
Sebagai catatan saja, buruknya kualitas pembangunan infrastruktur Indonesia oleh China beberapa waktu lalu terungkap dari hasil pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Bertenaga Batubara, Gas dan Energi Terbarukan. Pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 10.000 megawatt tersebut tidak sesuai harapan.
Dedy S. Priatna, Deputi Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan, walaupun sudah selesai hampir 90 %, kapasitas produksi listrik dari pembangkit listrik yang dibangun kontraktor China tersebut hanya mencapai 30%- 50% saja. Kapasitas tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik kontraktor asal Jerman, Perancis dan Amerika. Sebab dengan kapasitas yang sama, produksi listrik dari pembangkit yang dibuat oleh ketiga negara tersebut bisa mencapai 75% - 80%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News