Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan pada pekan lalu sebanyak 25 basis poin (bps). Sehingga, posisi BI-7 day reverse repo rate (BI7DRR) saat ini sebesar 3,5%. Kebijakan moneter ini lantas membawa dampak positif terhadap posisi utang pemerintah.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman mengatakan penurunan BI7DRR, diharapkan akan berpengaruh pada potensi penurunan yield surat berharga negara (SBN), yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan biaya dana atawa cost of fund (CoF) pemerintah.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham perbankan dan properti usai suku bunga turun
Kendati demikoan, Luky menilai tentunya hal tersebut tidak serta merta. Alasannya berinvestasi di SBN, selain suku bunga BI, tentunya investor mempertimbangkan berbagai faktor lain baik faktor internal, maupun eksternal. Misalnya ekspektasi inflasi, nilai tukar rupiah, rate US Treasury, dan faktor lainnya.
Adapun, Luky membeberkan per akhir Januari 2021, utang pemerintah pusat dengan bunga floating rate adalah sebesar 13,29% dari total utang. Sementara, sebagian dari angka tersebut pembayaran kuponnya mengacu pada BI7DRR.
“Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan SBN yang dibeli oleh BI dalam rangka pembiayaan public goods dengan skema burden sharing di tahun 2020. Berikutnya dengan jumlah relatif kecil adalah seri SBN ritel dan SUN variable rate,” kata Luky kepada Kontan.co.id, Jumat (19/2).
Baca Juga: Suku bunga turun, begini proyeksi pergerakan yield SUN
Di sisi lain, Luky menambahkan penurunan BI7DRR diharapkan dapat menjadi penggerak sektor riil, mendorong pemulihan ekonomi melalui penyaluran kredit dan peningkatan investasi sektor swasta.
“Secara umum juga penurunan ini akan menciptakan sentimen positif. Lebih jauh lagi transmisi kebijakan moneter biasanya membutuhkan waktu,” kata Luky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News