kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Pengusaha minta TDL rumah tangga juga naik


Jumat, 27 Januari 2012 / 20:23 WIB
Pengusaha minta TDL rumah tangga juga naik
ILUSTRASI. Hati-hati hoaks, ini klarifikasi tentang KIP Kuliah 2021.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Test Test

JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mendukung kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 10% asalkan semua pelanggan baik industri dan rumah tangga juga mengalami kenaikan.

Anton Supit, Wakil Ketua Apindo menegaskan, persoalan subsidi listrik bukan hanya menjadi beban negara dan beban industri melainkan semua masyarakat. Ia menyadari bahwa subsidi listrik sudah terlalu besar sehingga harus dikurangi. "Kami minta semua beban dibagi rata, jangan hanya untuk industri tapi juga pelanggan rumah tangga," kata Anton, Jumat (27/1).

Meski terjadi pembagian beban dengan semua pelanggan, Anton bilang pengusaha bersedia mendapatkan porsi beban kenaikan lebih besar. "Istilahnya share the burden walaupun tidak proporsional," terang Anton.

Anton beralasan, pembagian beban ini akan mengedukasi masyarakat bahwa listrik itu mahal. Sehingga, masyarakat menengah ke bawah juga harus melakukan penghematan. "Lagipula kalau kenaikan kecil tidak akan berat dan itu berdampak kepada nilai subsidi. Bayangkan kalau naik Rp 5.000 dengan 30 juta pelanggan itu cukup besar memotong subsidi," lanjut Anton.

Sedendang seirama dengan Anton, pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa juga mendukung kenaikan TDL untuk pelanggan rumah tangga khususnya yang memiliki daya 450 VA hingga 2.200 VA. Sebab, pelanggan dengan daya tersebut adalah penerima subsidi yang paling tinggi.

Sedangkan jika TDL untuk industri dinaikkan, kata Fabby, akan berdampak kepada industri yang menggunakan energi paling banyak seperti industri baja dan semen. "Kalau industri yang energy intensive, dampaknya adalah kenaikan produksi bisa naik 15%-20%. Tapi ada juga yang naiknya 3%, imbasnya akan beragam tergantung jenis industrinya," imbuh Fabby.

Menurut Fabby, yang paling penting adalah kepastian tarif. Soal kenaikan tarif tersebut, pemerintah harus mengumumkan jauh-jauh hari supaya pengusaha memiliki persiapan untuk menghitung biaya dan resiko jika TDL naik. "Kenaikan TDL harus lebih dulu dari kenaikan harga BBM, kalau tidak April ya Maret lebih bagus. Karena efek psikologis kenaikan TDL lebih kecil dari BBM," terang Fabby.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×