Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha meminta pemerintah untuk mewaspadai ketersediaan berbagai bahan pangan untuk berbagai waktu ke depan.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan, langkah antisipasi perlu dilakukan mengingat beberapa waktu terakhir pasokan bahan pangan dunia tengah berkurang, bahkan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) melaporkan terdapat beberapa bahan pangan yang harganya menunjukkan tren meningkat.
"Karena itu menurut saya, kita harus ingatkan pemerintah. Masalah pangan ini sangat sensitif sekali. Kalau sampai kekurangan akan sangat membahayakan ketahanan nasional kita. Kita harus waspada, tidak takut, tetapi harus waspada dan harus melakukan antisipasi," ujar dia secara virtual, Jumat (13/11).
Baca Juga: Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 meningkat, tetap disiplin 3M
Dia menyebut, salah satu bahan pangan yang stoknya mulai terbatas dan harganya meningkat adalah gula. Dia menjelaskan, Indonesia biasanya mengimpor gula dari Thailand atau Australia. Namun, saat ini terjadi kekosongan stok di Thailand.
Dikhawatirkan, hal ini akan membuat pelaku usaha perlu mendatangkan gula dari Brasil. Namun, menurutnya masih ada persoalan perizinan impor yang harus menjadi perhatian, dan bisa menjadi hambatan.
"Kalau ini terlambat dikeluarkan, perjalanan dari Brasil ke Indonesia itu jauh sekali. Hampir 2 bulan mulai dari transaksi, logistik, pengiriman sampai diterima di pabrik," jelas Adhi.
Tak hanya gula, Adhi juga menyebut ada berbagai komoditas lain yang juga mengalami peningkatan harga, salah satunya sereal.
Hal senada pun disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan P. Adoe. Dia berpendapat, berbagai ketersediaan komoditas seperti gula, gandum hingga beras akan menjadi salah satu persoalan di wilayah Asia karena berkaitan dengan sejumlah negara yang menerapkan pembatasan atau lockdown.
lebih lanjut dia bilang, ini menyebabkan penurunan produktivitas berbagai komunitas tersebut.
Menurutnya, penurunan ketersediaan bahan pangan ini yang harus diantisipasi. Dia mengatakan, upaya antisipasi ini harus melibatkan berbagai pihak.
Baca Juga: Miliki stok beras 1,05 juta ton, Bulog sebut kebutuhan aman hingga awal 2021
"Indonesia harus kompak, artinya, antara private company, konsumennya dan pemerintah harus kompak untuk mengatur ini semua, sehingga dari aspek kebijakan, aspek operasional itu harus sinkron. Dari hulu ke hilir itu harus sinkron dan kuat, sehingga ini bisa diatasi," pungkas Juan.
Selanjutnya: Holding BUMN pangan, Perum Perindo akan merger dengan Perinus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News