kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Pengembangan Sagu di Indonesia Masih Banyak Terkendala


Selasa, 30 Juli 2024 / 20:20 WIB
Pengembangan Sagu di Indonesia Masih Banyak Terkendala
ILUSTRASI. Dalam proses mendorong hilirisasi sagu, Kemenperin bersama pemda memaksimalkan potensi asli daerah melalui pengembangan Sentra IKM Sagu dengan Dana Alokasi Khusus (DAK).Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti telah 4x mendapatkan alokasi DAK total Rp 41,9 miliar (2016-2021).


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memiliki potensi luas lahan sagu terbesar di dunia, yakni sebesar 85% atau 5,5 juta hektare (ha) lahan sagu dari 6,5 juta ha lahan sagu di dunia. Hanya saja, pengembangan komoditas sagu belum maksimal.

Mengutip data statistik perkebunan Kementan 2022, kurang dari 4% luas areal sagu nasional yang baru termanfaatkan, atau hanya seluas 212.468 ha dengan total potensi produksi sagu sebanyak 385.905 ton. 

Atas dasar itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan, penggunaan beras analog sagu dalam program makan bergizi gratis untuk diversifikasi sekaligus mendukung ketahanan pangan Indonesia.

Baca Juga: Diversifikasi Pangan, Usulan Beras Sagu untuk Makan Siang Gratis Perlu Didukung

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, potensi sagu di Indonesia memang besar untuk dikembangkan sebagai pangan alternatif pengganti nasi. "Beras sagu diusulkan program makan siang gratis bagus untuk diversifikasi pangan, tapi tak mudah," katanya kepada KONTAN, Selasa (30/7).

Menurut Dwi, butuh anggaran diversifikasi yang cukup besar untuk pengembangan sagu dari hulu hingga hilir, termasuk pengembangan pasarnya. "Produksi sagu masih alami bukan hasil budidaya dan sebarannya pun terbanyak di Papua. Artinnya, butuh infrastrutur transportasi dan logistik," imbuhnya. 

Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah mengamini. Kebijakan pengembangan sagu sebagai pangan alternatif harus didorong demi ketahanan pangan nasional. 

"Tapi kalau beras sagu unuk makan siang gartis, kayaknya muluk-muluk," ujarnya. Trubus bilang, menyiapkan produk hilirisasi sagu ini tidak bisa main-main, enggak boleh asal-asalan hanya sekadar memenuhi janji politik program makan siang gratis," sebutnya.

Baca Juga: Pacu Ekonomi Rakyat, Indonesia Berpotensi Tumbuhkan Industri Olahan Sagu

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui, potensi sagu masih belum termanfaatkan dengan baik, teramsuk ekspor pati sagu. 

Meski Indonesia sebagai produsen utama sagu dunia, ekspor pati sagu indonesia masih kalah dari malaysia. Ekspor pati sagu Indonesia hanya US$ 9 juta pada 2023, sedangkan Malaysia yang mencapai US$ 15 juta. Diketahui, bahan baku sagu Malaysia berasal dari Indonesia.

"Pemanfaatan potensi sagu di Indonesia dirasakan masih sangat rendah karena beberapa kendala," katanya, dalam acara Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu, di Gedung Kemenperin, Jakarta, (29/7/2024).

Yang terang, pemanfaatan industri sagu Indonesia masih banyak terkendala. Pertama pada alur rantai pasok bahan baku sagu, dimana area sagu dari perkebunan rakyat masih mendominasi dengan persentase penguasaan lahan mencapai 94,34%. Dengan kontribusi produksi sagu mencapai 99%.

Baca Juga: Kemenperin Dorong IKM untuk Bantu Percepat Diversifikasi Pangan

Masalahnya infrastruktur perkebunan rakuat ini masih sederhana dengan fasilitas penunjang yang minim. Hal ini menyebabkan rantai suplai sagu dari hulu ke hilir menjadi terbatas.

Kedua, terkait keterampilan dan kapasitas SDM yang masih minim. Ketiga terkait dengan rendahnya popularitas komoditas sagu menjadi penghambat pengembangan dan riset, hingga membatasi pencapaian potensi komoditas ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×