kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembangan Komunikasi Risiko di Indonesia Penting untuk Hadapi Bencana


Rabu, 02 November 2022 / 18:58 WIB
Pengembangan Komunikasi Risiko di Indonesia Penting untuk Hadapi Bencana
ILUSTRASI. Warga beraktivitas di bibir pantai saat ombak menerjang kawasan tersebut di Teluk Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (6/2/2022).


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indonesia sebagai negara yang rawan terhadap bencana alam diharapkan mampu membangun komunikasi risiko secara terintegrasi dengan sejumlah stakeholders

Dengan adanya kolaborasi dalam komunikasi risiko ini diharapkan mampu mencegah jatuhnya korban jiwa serta bisa secara efektif menghadapi bencana alam yang unpredictable

“Sudah seharusnya pemerintah dan stakeholder berkolaborasi untuk menghadapi bencana alam, termasuk ancaman tsunami, dengan melaksanakan komunikasi risiko yang terintegrasi,” kata CEO Umang Beach Club Private Resort Hotel Dian Agustine Nuriman, dalam keteragannya Rabu (2/11).

Dian mengatakan hal tersebut terkait dengan disertasi berjudul “Model Komunikasi Risiko dalam Menghadapi Bencana Alam Tsunami melalui Stakeholder Engagement (Kasus Tsunami Selat Sunda 2018 di Umang Beach Club Private Island resort Hotel)” yang disampaikannya dalam sidang Promosi Doktor Ilmu Komunikasi di Sahid Sudirman Residence, Universitas Sahid Jakarta, Rabu.

Baca Juga: Mendagri Dorong Pemda Tak Ragu Pakai Instrumen Keuangan APBN untuk Kendalikan Inflasi

Sebagai CEO, Dian melakukan kajian itu menemukan tiga kebaruan (novelties). 

Pertama, Dian menemukan model komunikasi risiko tsunami TRICOTSE (Tsunami Risk Communication Through Stakeholder Engagement). Di dalamnya melibatkan delapan stakeholders dan memiliki enam unsur, yaitu kolaborasi komunikasi pemangku kepentingan terpadu, pengelolaan pesan, media dan aktifitas komunikasi, pemangku kepentingan, perubahan perilaku, dan pengurangan risiko bencana. 

Kedua, penelitian Dian menemukan ciri dan kriteria komunikasi risiko yang merupakan pengembangan dari komunikasi efektif. 

Ketiga, Dian mengolah kembali posisi komunikasi risiko bencana pada Disaster Management Cycle untuk dapat memahami kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan yang bersifat komunikasi risiko dan komunikasi krisis di saat terjadi bencana. 

“Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan paradigma post-positivisme, di mana di dalamnya dilakukan wawancara secara mendalam kepada setiap informan,” jelasnya. 

Baca Juga: Ini Wilayah yang Diprediksi BMKG Bakal Dihantam Gelombang Tinggi hingga 4 Meter

Dian berharap pemerintah dan stakeholder dapat berkolaborasi dalam menghadapi bencana tsunami. 

Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Boy Kelana Subroto, mengapresiasi riset yang dikembangkan oleh Dian. Ia sepakat bahwa Indonesia membutuhkan strategi komunikasi efektif dan kolaboratif untuk merespons kebencanaan. 

“Sebagai negara yang rawan bencana, rasanya riset yang dilakukan oleh Dian ini tak hanya berharga buat dunia akademik tapi menjadi masukan penting buat dunia ilmu komunikasi, khususnya perkembangan humas ke depan,” kata Boy. 

Dian saat ini aktif sebagai ketua bidang pelatihan Kehumasan Perhumas. Dengan keterlibatan aktif di Perhumas, Boy mengatakan, Dian tentunya akan mampu mengimplementasikannya menjadi sesuatu yang lebih aplikatif.  Dalam sidang promosi doktor ini, Dian meraih predikat judisium Cum Laude. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×