Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Energi terbarukan diyakini menjadi salah satu solusi defisit neraca dagang di massa depan. Ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil di tengah produksi dalam negeri belum bisa menutupi kebutuhan serta secara harga cenderung fluktuatif membuat negara menggelontorkan uang semakin banyak.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan Indonesia kembali defisit pada September sebesar US$ 160,5 juta. Hal ini disebabkan oleh defisit sektor migas yang sebesar US$ 761,8 juta meski sektor non-migas mengalami surplus US$ 601,3 juta.
Baca Juga: Pemerintah longgarkan fasilitas fiskal untuk industri migas
Penggiat Energi Terbarukan Tri Mumpuni Wiyanto mengatakan, sumber daya alam Indonesia sangat melimpah ruah. Berbagai jenis energi terbarukan bisa dikembangkan di tanah air melalui medium matahari, angin, dan air.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai energi untuk pembangkit listrik mencapai 441,7 GW yang terdiri dari tenaga air 94,3 GW, tenaga surya 207,8 GW, tenaga angin (bayu) 60,6 GW, bioenergi 32,6 GW, tenaga air laut 17,9 GW dan panas bumi 28,5 GW.
Namun, utilitas energi terbarukan masih relatif kecil dibandingkan potensinya. Data Kementerian ESDM menunjukkan pembangkit yang menggunakan energi terbarukan pada 2017 hanya sebesar 7,3 GW atau 1,7% dari total potensi yang ada.
Mumpuni mengatakan energi terbarukan bisa dimulai dari lingkup desa. Kebutuhan listrik di pedalaman yang belum terjangkau oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) bisa dikembangkan. Secara sumber daya manusia pun, menurut Mumpuni sudah cukup komprehensif memahami energi terbarukan.
Baca Juga: Ini dia para pemenang Nobel 2019, dari penemu planet terjauh hingga PM termuda Afrika
“Kita masih bisa mengejar demi ekonomi yang berkeadilan lewat pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan air di pulau kecil kita punya garis pantai yang panjang kedua di dunia setelah Kanada,” kata Mumpuni kepada Kontan.co.id, Selasa (15/10).
Untuk dapat fokus di energi terbarukan, Mumpuni mengatakan, pemerintah perlu memilih Menteri ESDM yang paham secara teknis soal energi menjadi sangat fundamental.
Baca Juga: Dukung startup energi, PGN menggelar PGN Energy Startup Competition 2019
“Sebetulnya kalau pemerintah mau serius terhadap energi terbarukan, sudah dilakukan sejak periode pertama Jokowi, tapi nyatanya tidak. Harapannya ini bisa terealisasi pada periode kedua, sehingga tidak ada lagi defisit migas di massa mendatang” kata Mumpuni.
Dari sisi investasi, Mumpuni menilai pengembangan energi terbarukan bukanlah hal yang mahal. Sebab, secara sumber daya yang ada di Indonesia sudah mencukupi, hanya saja sarana dan prasarana pembangkitnya yang perlu didukung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News